Buka konten ini
Anambas (BP) – Pertengahan tahun 2025 membawa kabar kurang menggembirakan bagi pedagang perhiasan emas di Kabupaten Kepulauan Anambas. Penjualan perhiasan menurun tajam, tergerus lesunya daya beli masyarakat di tengah ekonomi perbatasan yang lesu dan harga emas yang terus menanjak.
Edi, pemilik Toko Mas Batang Hari di Tarempa, mengaku situasi ini membuat tokonya sepi pengunjung. Dalam seminggu, jumlah pembeli tak bisa diprediksi. Pernah, hanya dua orang datang membeli.
“Kalau hari biasa memang sepi. Ramai hanya di hari-hari besar,” ujar Edi saat ditemui Batam Pos, Kamis (12/6).
Di tokonya, Edi hanya menyediakan emas 22 dan 23 karat. Emas 24 karat, termasuk logam mulia, tidak dijual karena dinilai tak diminati pasar lokal.
“Kalau emas murni kurang laku di sini. Yang laku justru perhiasan. Emas logam mulia pun tidak banyak peminatnya,” katanya.
Masalah lain muncul dari ongkos kirim. Letak Anambas yang jauh dari pusat distribusi membuat harga emas di daerah ini lebih tinggi dibanding daerah lain. Untuk emas 23 karat misalnya, harga murninya mencapai Rp1,6 juta per gram. Setelah ditambah ongkos kirim, harga naik menjadi Rp1,8 juta per gram.
Sementara emas 22 karat dijual dengan kisaran harga Rp1,3 juta hingga Rp1,4 juta per gram. Untuk pembelian kembali (buyback), Edi menerapkan sistem potongan harga.
“Kalau barangnya dulu beli dari toko kami, potongannya 10 persen dari harga saat ini. Tapi kalau dari luar, kami lihat dulu kadar dan bentuknya,” ucapnya.
Di tengah tekanan ekonomi dan naiknya harga logam mulia, pedagang emas di Anambas mesti memutar otak agar tetap bisa bertahan. (*)
Reporter : IHSAN IMADUDDIN
Editor : GALIH ADI SAPUTRO