Buka konten ini

PEMERINTAH Provinsi Kepulauan Riau memastikan proyek pembangunan Estuari DAM di wilayah Pulau Bintan tidak akan menggunakan lahan darat. Mega proyek senilai Rp14 triliun itu dirancang sepenuhnya dibangun di perairan, tepatnya di kawasan laut antara Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan.
Asisten II Setdaprov Kepri, Luki Zaiman Prawira, menyatakan saat ini proyek tersebut masih berada dalam tahap kajian teknis yang mendalam. Pembangunan Estuari DAM disebut sebagai salah satu solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis air bersih yang melanda wilayah Tanjungpinang, Bintan, hingga Batam.
”Estuari DAM ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan air bersih di Pulau Bintan dan Kota Batam,” ujar Luki, Rabu (11/6).
Ia menjelaskan, pembangunan proyek ini akan menelan biaya sekitar Rp14 triliun yang sepenuhnya dibiayai oleh pihak swasta, yakni PT Moya. Saat ini, perusahaan masih melakukan kajian mengenai luas area laut yang akan dibendung.
”Luasannya masih dikaji. Namun yang pasti, proyek ini tidak akan menggunakan lahan daratan. Kami juga sedang menganalisis dampak lingkungan dan sosial yang mungkin timbul,” katanya.
Luki juga menepis kekhawatiran sejumlah pihak bahwa proyek ini akan merendam kawasan permukiman atau lahan darat. Menurutnya, pembangunan waduk laut ini akan dilakukan dengan sistem pembendungan, membentang dari perairan Tanjungpinang hingga Teluk Bintan.
“Estuari DAM ini tidak akan membendung darat, tetapi laut. Jadi tak seperti yang dikhawatirkan masyarakat,” tegasnya.
Proyek ini menjadi sorotan publik karena nilainya yang fantastis dan lokasinya yang tidak lazim.
Jika terealisasi, Estuari DAM bakal menjadi proyek bendungan laut terbesar di Kepulauan Riau, sekaligus terobosan dalam penyediaan sumber air bersih dari perairan pesisir. (***)
Reporter : MOHAMAD ISMAIL
Editor : GALIH ADI SAPUTRO