Buka konten ini
TANJUNGPINANG (BP) – Pendaftaran Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tingkat SMA dan SMK di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, resmi dibuka, Rabu (11/6). Meski sistem penerimaan dilakukan secara daring, sejumlah orangtua siswa tetap mendatangi sekolah tujuan.
Pemandangan itu terlihat di SMA Negeri 1 Tanjungpinang. Dari pantauan Batam Pos, sejumlah orangtua tampak memenuhi meja informasi sekolah untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai proses pendaftaran.
”Memang ada orangtua yang datang, tapi bukan untuk mendaftar secara langsung. Mereka datang karena kebingungan atau mengalami kendala saat mengakses sistem online,” kata Kepala SMAN 1 Tanjungpinang, Daman Huri.
Daman menjelaskan bahwa pendaftaran akan berlangsung selama empat hari, mulai 11 hingga 14 Juni 2025. Tahun ini, sekolahnya menyiapkan 680 kursi bagi murid baru, terbagi dalam 17 rombongan belajar (rombel).
Dari jumlah tersebut, 34 persen kuota disediakan untuk jalur domisili, 30 persen untuk afirmasi, 30 persen jalur prestasi, dan 5 persen untuk jalur mutasi.
”Sejauh ini, pendaftar di jalur domisili sudah sekitar seratus orang, sedangkan jalur prestasi sekitar tiga puluh murid,” ujarnya.
Secara keseluruhan, Dinas Pendidikan Provinsi Kepri menyiapkan kuota sebanyak 40 ribu kursi untuk SPMB tahun ajaran 2025. Kuota tersebut disiapkan untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pendaftar, serta agar tidak terulang kejadian kekurangan daya tampung seperti pada 2024 lalu.
“Jumlah murid SMP dan MTs yang akan melanjutkan ke jenjang SMA dan SMK tahun ini diperkirakan mencapai 36 ribu.
Ditambah lagi sekitar dua ribu dari luar daerah,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kepri, Andi Agung.
Ia menambahkan bahwa Kota Batam masih menjadi wilayah dengan tingkat kepadatan pendaftar tertinggi. Pemerintah daerah bahkan sudah menyiapkan pembangunan ruang kelas baru demi mengatasi kekurangan daya tampung.
“Yang agak berat itu memang di Batam. Maka dari itu kita siapkan langkah antisipasi agar semua murid tertampung,” ujarnya.
SPMB yang telah beralih ke sistem daring sejak beberapa tahun terakhir nyatanya masih menyisakan celah dalam hal literasi digital, terutama di kalangan orangtua.
Pemerintah dan sekolah pun dituntut untuk lebih aktif memberikan pendampingan. (*)
Reporter : MOHAMAD ISMAIL
Editor : GALIH ADI SAPUTRO