Buka konten ini

LINGGA (BP) – Rencana perbaikan sejumlah objek wisata di Kabupaten Lingga pada tahun 2025 harus tertunda. Dinas Pariwisata setempat menyebutkan, program pemeliharaan fasilitas wisata seperti pemandian Batu Ampar hingga kini belum bisa direalisasikan akibat rasionalisasi anggaran.
Pemandian Batu Ampar, salah satu destinasi favorit wisatawan lokal, kini berada dalam kondisi memprihatinkan. Fasilitas yang rusak parah menjadi keluhan pengunjung, namun upaya perbaikan tersendat karena Dana Pengeluaran Anggaran (DPA) Dinas Pariwisata ikut terdampak kebijakan penghematan belanja daerah.
“Sebenarnya anggaran pemeliharaan untuk tahun ini sudah kami muat dalam DPA. Bukan hanya Batu Ampar, tapi juga beberapa objek wisata lain seperti Air Panas, Tanjung Buton, Lubuk Papan, dan Air Terjun Resun,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga, Arpandi, Rabu (11/6).
Namun, kata Arpandi, anggaran itu sementara ini masuk dalam proses rasionalisasi. “Mudah-mudahan nanti bisa kita perjuangkan kembali dalam APBD Perubahan,” tambahnya.
Menurutnya, pariwisata merupakan salah satu sektor strategis yang berpotensi menyumbang pendapatan asli daerah (PAD). Oleh karena itu, penyediaan fasilitas yang layak dan aman menjadi perhatian utama.
“Kita ingin pengunjung merasa nyaman saat datang. Itu bisa dicapai jika sarana dan prasarana dijaga dan dirawat dengan baik,” katanya.
Kondisi buruk fasilitas wisata kini juga tercermin dalam kinerja retribusi. Data Dinas Pariwisata menunjukkan penurunan tajam pendapatan dari objek Batu Ampar.
Pada 2024, target retribusi dari Batu Ampar ditetapkan sebesar Rp303,3 juta. Realisasi hingga akhir tahun hanya mencapai Rp51,78 juta atau sekitar 17,07 persen. Sementara pada 2025, target dinaikkan menjadi Rp310 juta, namun hingga 11 Juni, realisasi baru menyentuh Rp26,44 juta, atau hanya 8,53 persen.
Penurunan ini menjadi sinyal kuat bahwa tanpa perbaikan fasilitas, sektor wisata di Lingga akan sulit berkembang, apalagi bersaing dengan daerah lain yang lebih siap secara infrastruktur.
Kini, harapan tertumpu pada perubahan anggaran mendatang. Namun, seberapa besar komitmen pemerintah untuk menyelamatkan sektor pariwisata—masih menunggu bukti di lapangan. (*)
Reporter : VATAWARI
Editor : GALIH ADI SAPUTRO