Buka konten ini

LINGGA (BP) – Batu Ampar barangkali masih terdengar sebagai destinasi ikonik bagi warga Dabo Singkep, Kabupaten Lingga.
Namun kondisi sebenarnya di lapangan jauh dari kata membanggakan. Pemandian alam yang semestinya menjadi salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) itu kini memprihatinkan, mushola terbengkalai, toilet dan kamar ganti miring nyaris roboh, serta gazebo yang sudah runtuh tak pernah diperbaiki.
Padahal, setiap pengunjung dikenakan retribusi sebesar Rp5.000. Dana itu, dalam asumsi sederhana, semestinya cukup untuk merawat setidaknya fasilitas paling mendasar.
”Sayang sekali. Ini kan tempat wisata andalan, tapi fasilitasnya rusak parah. Mushola tidak bisa dipakai, toilet menyeramkan,” keluh Neka, salah satu pengunjung yang ditemui di lokasi, Senin (9/6).
Neka mengaku sudah bertahun-tahun melihat fasilitas itu rusak, tanpa pernah ada perbaikan berarti. Padahal, menurutnya, jumlah pengunjung tak pernah benar-benar sepi.
”Kalau memang tak cukup untuk memperbaiki semuanya, ya minimal fasilitas vital seperti mushola dan toilet harusnya jadi prioritas. Pengunjung kan juga butuh kenyamanan,” ujarnya.
Pemandian Batu Ampar, dengan panorama alami dan air jernih yang menyegarkan, semestinya bisa menjadi magnet wisata yang lebih kuat. Tapi potensi itu justru digerogoti oleh kelalaian dalam pengelolaan.
Hingga berita ini diterbitkan, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lingga belum memberikan keterangan resmi terkait kondisi ini maupun rencana perbaikan ke depan.
Sementara itu, para wisatawan hanya bisa berharap tempat yang dulu jadi primadona itu tak benar-benar ditinggalkan. Sebab jika terus dibiarkan, Batu Ampar bisa berubah dari ikon wisata menjadi monumen kelalaian. (*)
Reporter : VATAWARI
Editor : GALIH ADI SAPUTRO