Buka konten ini
JOMBANG (BP) – Fenomena kemarau basah membuat sejumlah wilayah di Jawa Timur diguyur hujan lebat. Di Kabupaten Jombang, hujan yang turun berjam-jam pada Minggu (8/6) lalu mengakibatkan banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jombang mencatat ada 13 desa di lima kecamatan yang kebanjiran.
Ketinggian air bervariasi, mulai dari 5 cm hingga 1,5 meter, bahkan ada yang lebih. Hingga Senin (9/6) sore, di sejumlah titik masih tergenang. Salah satu lokasi banjir paling parah yaitu di Desa Kademangan, Kecamatan Mojoagung.
“Tinggi air 100-150 cm. Kondisi banjir masih stabil. Air menggenangi area jalan desa dan pemukiman,” ucap Plt Kepala Pelaksana BPBD Jombang Wiku Birawa Felipe Diaz Quintas, dilansir Radar Jombang (Grup Batam Pos) kemarin (9/6).
Wiku memerinci belasan desa yang terendam banjir itu. Di Kecamatan Mojoagung meliputi Desa Kademangan, Mojotrisno, Mancilan, Janti, dan Tejo. Selanjutnya, Kecamatan Mojowarno meliputi Desa Catakgayam dan Selorejo. Kecamatan Sumobito meliputi Desa Jogoloyo, Palrejo, dan Balongsono. Lalu di Kecamatan Kudu meliputi Desa Tapen dan Bakalanrayung. Sementara itu, banjir di Kecamatan Kesamben merendam Desa Pojokkulon.
“Banjir menggenangi rumah-rumah warga, jalan, serta area persawahan,” jelasnya.
Banjir, kata Wiku, dipicu hujan deras yang mengguyur wilayah Jombang sejak Minggu (8/6) malam hingga Senin (9/6) pagi. Akibatnya, debit air di sejumlah sungai naik dan meluber menggenangi permukiman warga.
Hingga sore kemarin, Desa Kademangan masih tergenang banjir. Kondisi itu membuat warga kesulitan beraktivitas. Faruq Edi, 45, salah satu warga, mengungkapkan mulai pukul 06.00, air mulai masuk ke permukiman. Ketinggian air terus bertambah. Bahkan, pada pukul 09.00, ketinggian air di dalam rumah mencapai sekitar 1 meter. “Di dalam rumah 1 meter, kalau di jalan bisa 1,5 sampai 2 meter untuk yang terdalam,” terangnya.
Babinsa Kademangan, Sertu Muntoha, menuturkan ada 255 KK yang terdampak banjir. Namun, tidak ada warga yang mengungsi. “Karena banjir sudah sering menerjang desa,” ucapnya.
Kemarau Basah
Sebagian wilayah Indonesia, terutama di Jawa Timur, diterpa hujan lebat meski sudah memasuki musim kemarau. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut kemarau basah itu dipicu lima fenomena atmosfer yang memengaruhi pembentukan awan hujan.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengatakan fenomena atmosfer memengaruhi terjadinya hujan sepekan terakhir. Itu dikarenakan aktifnya gelombang ekuator akibat lima fenomena atmosfer, yakni gelombang Kelvin, Low Frequency, dan Equatorial Rossby, adanya bibit siklon tropis 92W, serta sirkulasi siklonik yang meningkatkan peluang terbentuknya awan-awan konvektif di beberapa wilayah.
Faktor-faktor itu, kata dia, diperkuat dengan kondisi atmosfer yang relatif basah, dinamika tropis, dan topografi di masing-masing wilayah. Itu berpotensi menyebabkan hujan lokal dengan intensitas sedang hingga lebat. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : PUTUT ARIYO TEJO