Buka konten ini
COLOGNE (BP) – Cologne hening pada Rabu, (4/6). Lebih dari 20 ribu penduduk kota di barat Jerman itu meninggalkan rumah mereka. Bukan karena perang, tetapi karena tiga bom sisa Perang Dunia II yang tiba-tiba muncul ke permukaan sejarah.
Bom-bom itu ditemukan dua hari sebelumnya, Senin (2/6), saat para pekerja melakukan penggalian eksplorasi konstruksi di kawasan Deutz. Pemerintah Kota Cologne menyebut, ketiganya merupakan bom buatan Amerika Serikat—dua seberat 20 kilogram, satu lagi 10 kilogram—yang sudah tertanam di bawah tanah selama 80 tahun.
Menjelang proses penjinakan, aparat menggelar evakuasi besar-besaran. Sekitar 20.500 warga diminta mengungsi demi keselamatan. Rumah Sakit Eduardus, dua panti jompo, sejumlah sekolah, dan stasiun kereta Cologne Messe/Deutz ditutup sementara. Lalu lintas jalan raya dihentikan, dan jalur pelayaran di Sungai Rhine ditutup total.
Tim penjinak bahan peledak dari distrik Düsseldorf diterjunkan untuk menangani bom-bom tua yang belum sempat meledak itu. Butuh waktu berjam-jam bagi mereka menyelesaikan operasi yang sensitif dan penuh risiko tersebut.
Tepat pukul 19.19 waktu setempat, Pemerintah Kota Cologne mengumumkan lewat laman Facebook bahwa operasi penjinakan berhasil diselesaikan. “Tiga bom Perang Dunia II di Deutz telah dijinakkan. Pada pukul 19.19, tiga bom yang belum meledak, yang telah melumpuhkan sebagian besar kota, telah dijinakkan,” demikian bunyi unggahan itu.
Setelah operasi dinyatakan aman, jalan-jalan dan jembatan yang sempat ditutup dibuka kembali. Warga mulai pulang ke rumah masing-masing, sebagian lainnya diantar dengan ambulans dan bus antar-jemput.
Cologne memang punya sejarah kelam dengan perang. Pengeboman terakhir kota ini terjadi pada 2 Maret 1945, sebelum tank-tank Amerika masuk beberapa hari kemudian. Kini, 80 tahun kemudian, bom-bom yang gagal meledak di masa lalu justru mengguncang kehidupan modern yang nyaris lupa akan warisan perang. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO