Buka konten ini
TANJUNGPINANG (BP) – Dua hari menjelang Iduladha, aroma santan mulai menguar dari dapur warga Tanjungpinang. Di salah satu toko santan di Jalan Kuantan, antrean emak-emak mengular sejak pagi. Terik matahari tak menyurutkan langkah mereka untuk mendapatkan bahan utama aneka hidangan lebaran itu.
Harga santan yang mencapai Rp43 ribu per kilogram tampaknya tidak menjadi penghalang. Permintaan justru melonjak, membuat toko yang dikelola Bambang, salah satu pedagang santan di kota itu, diserbu pelanggan sejak lima hari terakhir.
”Tapi hari ini yang paling ramai. Besok sudah mulai masak untuk Iduladha,” ujar Bambang kepada Batam Pos, Rabu (4/6).
Menurut Bambang, harga santan di tokonya masih stabil, belum mengalami kenaikan sejak Lebaran Idulfitri lalu. Ia juga memastikan pasokan bahan baku kelapa bulat masih aman, baik dari Natuna maupun Jambi.
”Harga kelapa masih Rp8 sampai Rp9 ribu per butir. Normal seperti sebelum Lebaran kemarin,” ujarnya.
Setiap hari, sekitar seribu butir kelapa ia parut untuk memenuhi permintaan santan. Meski jumlah pelanggan masih serupa dengan tahun lalu, Bambang mencatat adanya penurunan dalam volume belanja setiap orang.
”Pelanggan tetap banyak, tapi belinya sekarang tidak sebanyak dulu,” terangnya.
Salah satu pelanggan, Maya, mengaku sudah mengantre sejak siang. Ia tak mempermasalahkan harga santan yang dinilai cukup tinggi, selama kualitasnya terjamin dan bisa menunjang masakan hari raya.
”Untuk masak Iduladha, ya mau tidak mau harus beli. Meski mahal, tetap dibeli karena memang butuh,” kata Maya.
Di tengah harga pangan yang fluktuatif, santan tetap menjadi komoditas primadona menjelang lebaran. Bukan sekadar pelengkap rasa, santan telah menjelma sebagai bahan wajib dalam setiap perayaan Iduladha di dapur-dapur masyarakat Melayu. (*)
Reporter : MOHAMAD ISMAIL
Editor : GALIH ADI SAPUTRO