Buka konten ini
LONDON (BP) – Pemerintah Inggris resmi menggelontorkan dana GBP 57 juta atau sekitar Rp1,25 triliun (kurs GBP 1 = Rp22.060) untuk mendanai 21 proyek penelitian geoengineering.
Lima di antaranya penelitian solar radiation management (SRM) atau pendekatan kontroversial yang bertujuan memantulkan sebagian sinar matahari kembali ke angkasa demi mendinginkan planet.
Pendekatan SRM banyak menuai pro dan kontra. Secara etis dan geopolitik, upaya merekayasa atmosfer sebagai sumber daya bersama umat manusia memunculkan banyak kekhawatiran.
“Itu memang ide gila. Tapi, mungkin tidak bertindak justru lebih gila lagi,” tulis salah satu ilmuwan iklim dari Universitas Cambridge dalam kolomnya seperti dikutip The Conversation, Rabu (4/6). Dia menegaskan bahwa kegagalan global dalam mengendalikan emisi karbon membuat eksperimen semacam ini semakin mendesak.
Lima proyek SRM tersebut mencakup tiga studi. Antara lain pencerahan awan laut (marine cloud brightening), pembekuan ulang Arktik, serta eksperimen injeksi aerosol ke stratosfer.
Advanced Research and Invention Agency (ARIA) yang mendanai proyek menegaskan bahwa semua eksperimen masih dalam tahap eksplorasi awal dan belum berarti penerapan geoengineering secara luas akan segera terjadi. Namun, program ini bisa menjadi pijakan penting.
“Dengan pengawasan yang tepat, uji coba semacam ini dapat dilakukan secara aman,” rilis ARIA.
Meski belum menyelesaikan krisis iklim secara menyeluruh, langkah Inggris menunjukkan bahwa dunia mempertimbangkan solusi radikal sebagai bentuk kegelisahan atas lambannya aksi pengurangan emisi secara global. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO