Buka konten ini

Gubernur Jawa Timur
Kita bersyukur, kaum muslimin di seluruh dunia bersama-sama memperingati Idhul Adha 1446 H. Melaksanakan salat, menyembelih hewan kurban bersama masyarakat, keluarga, dan sanak saudara.
Kita bersyukur karena bisa membersamai kaum muslimin di seluruh dunia, dari ujung dunia Timur sampai ujung dunia Barat, minal masyriqi ilal maghribi meneladani Nabiyullah Ibrahim AS, Nabiyullah Ismail AS, dan Siti Hajar yang mulia. Semua bertakbir, bertafakur, menyeru kebesaran nama Allah. Allahu Akbar. Allah Maha Besar.
Pagi ini, seakan-akan seluruh isi bumi, aliran air di telaga- telaga, di seluruh lautan-lautan dan seluruh angkasa luar bergetar menyeru kebesaran Allah azza wa jalla.
Tepat 10 Zulhijah, pada bulan haji ini, nama Nabiyullah Ibrahim AS, nama Nabiyullah Ismail AS, serta Siti Hajar disebut dan diceritakan, bahkan diikuti perjuangannya. Dua utusan Allah dan seorang ibu yang sangat sabar itu menjadi tuntunan bagaimana menggenggam keislaman dan keimanan yang kuat pada masa sulit.
Nabi Ibrahim juga disebut nabi yang pertama mengajarkan tauhid. Lahir 3.800 tahun yang lalu di Babylonia, Iraq, kisah hidup beliau pada masa raja Namrud yang kejam dan berhasil mempertahankan keimanan kepada Allah menjadi ibrah.
Kukuhnya Iman
Nabi Ibrahim kecil disembunyikan di gua oleh Ibu Siti Hajar karena takut dibunuh Raja Namrud. Ibrahim besar pun selalu mendapat perlawanan dan ancaman dari Namrud yang mengaku dirinya Tuhan. Beliau kukuh dalam tauhidnya, laailaha Ilallah.
Karena keutamaan itu, Allah menjadikan beliau sebagai suri teladan manusia. Sebagaimana yang tertulis dalam Alquran pada Surah Al Mumthahannah 4: ’’Qad kaana lakum, uswatun hasanatun, fii Ibroohiima walladziina maahu.’’
Nabi Ismail adalah sosok nabiyullah yang dengan keimanan dan ketaatannya kepada Allah serta penghormatannya kepada ayah rela mengikuti apa yang dititahkan ayahanda sesuai dengan mimpi Nabiyullah Ibrahim. Semua untuk melaksanakan perintah Allah. Nabi Ismail adalah teladan kita terhadap orang tua. Contoh terbaik apa yang kita sebut birrul walidain.
Sikap kita, perkataan kita, ketundukan kita kepada Allah, taqwallah adalah kunci. Birrul walidain adalah kunci sukses dan kebahagiaan hidup.
Orang Madura sangat taat kepada orang tua melebihi siapa pun. Filosofi orang Madura itu sesuai dengan ajaran Alquran Beppa’, Bebbu’, Ghuru, Rato.
Kita harus menghormati bapak dan ibu sehormat-hormatnya. Siapa pun kita, mau kaya, pejabat, profesor, menteri, apalagi kalau hanya orang biasa. Baru kita hormat ke kiai, ustad atau guru, ulama, dan pemimpin atau pemerintah. Orang Indonesia yang beradab dan beragama pasti menjadikan orang tua sebagai panutan dan 100 persen harus dianut.
Ibu Teladan
Adalah Siti Hajar yang membuat sejarah Zamzam. Ibunda Nabi Ismail tersebut saat itu lari-lari dari Bukit Sofa dan bukit Marwah mencari air untuk anaknya yang kehausan, kehabisan perbekalan.
Sekarang diabadikan dalam ritual haji dan umrah. Jamaah harus sai dan lari-lari kecil 7 putaran saat lampu hijau menirukan perjuangan beliau Siti Hajar. Sengsara luar biasa. Dari situ kita tahu perjuangan Sang Ibu, kita belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan susahnya beliau.
Dari keimanan yang kuat itulah, Allah menjadikan Nabi Ismaiil bukan hanya anak yang saleh, tetapi satu di antara 25 nabi yang kita kenal.
Ada dialog yang terkenal dalam Alquran di Surah As Shaffat ayat 102 yang artinya: ’’Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ’Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’
Ia menjawab: ’Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar’.’’
Besok jutaan umat Islam dari seluruh penjuru dunia melakukan wukuf di Arafah sebagai inti perjalanan haji. Wukuf adalah berdiam diri, merenung, dan pengakuan atas keterbatasan diri.
Arafah adalah gurun dan bukit tempat berkumpulnya nabi Adam dan Siti Hawa jutaan tahun yang lalu. Jutaan jemaah haji wukuf di Arafah yang panas. Bayangkan kita juga ikut wukuf di sana yang maknanya merenung, menghitung-hitung kebaikan apa yang telah kita berikan kepada ibu-bapak.
Coba becermin, kebaikan apa yang kita andalkan untuk orang tua, kehebatan apa yang kita suguhkan ke Rasulullah, kehebatan mana yang kita andalkan nanti kalau bertemu Allah. Padahal, kita ini manusia biasa yang banyak salah. Al insaanu, mahallul khoto’ wan nisyaan.
Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang yang diampuni Allah SWT dan selalu mendapat limpahan taufik, hidayah, dan inayah-Nya. Amin. (*)