Buka konten ini
SEKUPANG (BP) – Jalur lalu lintas di Jalan Diponegoro, tepatnya di kawasan Seitemiang, Sekupang, menjadi sorotan publik karena minimnya fasilitas putar balik atau U-Turn. Kondisi ini mendorong sejumlah pengendara motor nekat melawan arus demi mempersingkat jarak tempuh, meski sangat berisiko terhadap keselamatan.
Salah satu titik paling krusial berada di pertigaan Jalan Ahmad Dahlan, Seitemiang. Pengendara yang hendak menuju arah Simpang Basecamp harus memutar jauh hingga ke kawasan hutan Mata Kucing karena U-Turn terdekat hanya tersedia di sana. Tak sedikit pengendara yang akhirnya memilih jalur berlawanan arah menuju Simpang Tobing sebagai solusi cepat, meski membahayakan diri dan pengguna jalan lain.
“Tiap pagi saya harus lawan arus karena buru-buru antar anak ke sekolah. Kalau ke Mata Kucing dulu, makan waktu,” ujar Anggriani, warga Seitemiang, yang mengaku tidak punya pilihan lain demi efisiensi waktu.
Hal serupa dirasakan Iwan, warga Perumahan Permata Hijau. Ia mengaku rutin melawan arus setiap pagi untuk mengantar anak ke kawasan Sekupang. Menurutnya, U-Turn di Bundaran Basecamp terlalu jauh dan tidak efisien hanya untuk berpindah ke jalur seberangnya.
“Semenjak proyek jalan dua jalur rampung, kondisinya jadi seperti ini. Banyak pemotor nekat lawan arus karena tidak ada pilihan selain memutar terlalu jauh,” keluhnya.
Iwan menambahkan, sepanjang Jalan Diponegoro dari Simpang Basecamp hingga Simpang Sei Harapan, hanya tersedia tiga U-Turn, yaitu di Simpang Tobing, hutan Mata Kucing, dan dekat Perumahan Delta, Sungai Harapan Sekupang.
Permintaan warga agar pemerintah menambah fasilitas U-Turn, terutama di sekitar TPU Seitemiang atau simpang masuk Jalan Ahmad Dahlan, sudah berulang kali disampaikan. Namun hingga kini, Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Batam belum juga merealisasikan permintaan tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Batam, Salim, belum lama ini menjelaskan bahwa usulan tersebut telah dibahas bersama Dinas Bina Marga dan Satlantas Polresta Barelang. Namun, penambahan U-Turn belum bisa dilakukan karena pertimbangan keselamatan pengguna jalan yang lebih utama.
“Elevasi jalan Diponegoro tidak rata, ada yang tinggi dan rendah. Banyak pula tikungan dan tanjakan. Kalau dibuat U-Turn di lokasi seperti persimpangan Jalan Ahmad Dahlan atau TPU Seitemiang, risikonya tinggi karena berada di turunan dan median jalan yang tidak rata,” terang Salim.
Menurut dia, penempatan U-Turn tidak bisa sembarangan. Ia mencontohkan potensi kecelakaan yang dapat terjadi jika kendaraan dari Simpang Tobing yang melaju kencang, tiba-tiba bertemu pengendara yang hendak menyeberang ke SPBU Seitemiang.
“Makanya U-Turn kita tempatkan agak jauh ke arah Mata Kucing agar kendaraan punya ruang mengatur kecepatan. Keselamatan tetap kami utamakan,” tegasnya.
Meski demikian, Dishub tetap membuka kemungkinan melakukan evaluasi lapangan secara berkala untuk meninjau potensi lokasi baru yang memungkinkan dibangun U-Turn dengan aman.
Warga Seitemiang berharap, pemerintah dapat segera menemukan solusi jangka panjang agar mereka tidak terus-menerus mempertaruhkan keselamatan di jalan yang seharusnya mendukung kelancaran mobilitas harian. (*)
Reporter : Eusebius Sara
Editor : RATNA IRTATIK