Buka konten ini
BATAM (BP) – Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tumbuh 5,16 persen pada triwulan I-2025. Capaian ini lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Sumatra maupun nasional, mengindikasikan pemulihan yang semakin solid di tengah dinamika global.
Pertumbuhan terutama ditopang oleh sektor industri pengolahan di Batam dan sektor minyak dan gas (migas) di Natuna. Dua wilayah ini memantapkan posisinya sebagai penopang utama ekonomi Kepri, baik dari sisi produksi, permintaan domestik, hingga ekspor.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepri, Adidoyo Prakoso, menyebut Batam masih menjadi kontributor terbesar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kepri. Permintaan produk elektronik yang terus tumbuh dari Batam jadi tulang punggung penggerak ekonomi awal tahun ini.
“Batam masih menjadi pusat industri. Tapi sektor migas dari Natuna juga mulai menunjukkan peningkatan signifikan,” kata Adidoyo saat media briefing di Kantor BI Kepri, Rabu (4/6).
Tren ini, katanya, memperlihatkan bahwa kekuatan ekonomi Kepri mulai menyebar, tidak lagi hanya terpusat di Batam. Meski demikian, Batam tetap memegang peranan sentral sebagai episentrum aktivitas ekonomi.
Adidoyo menambahkan, ekspor komoditas unggulan Kepri, terutama dari sektor elektronik dan permesinan, juga meningkat. Ini mencerminkan pulihnya perdagangan global dan kepercayaan pasar terhadap produk lokal.
Di sisi lain, sektor pariwisata turut bergerak naik. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Batam dan Bintan mulai menggeliat, meski belum menyamai level sebelum pandemi. Namun, pertumbuhan ini juga menghadirkan tantangan. Pemerataan pembangunan harus diperkuat agar daerah lain seperti Lingga, Anambas, dan Karimun tak tertinggal.
“Kepri punya potensi besar, tinggal bagaimana kolaborasi antarlembaga dan pelaku usaha bisa fokus mendorong inovasi dan investasi,” ucapnya.
Investasi masih menjadi faktor vital untuk pertumbuhan jangka panjang. BI mencatat, realisasi investasi awal 2025 cukup menjanjikan, terutama di sektor industri dan jasa. Tapi, ia mengingatkan perlunya dorongan agar investasi juga menjangkau sektor produktif di luar Batam.
Dengan proyeksi pertumbuhan nasional yang stagnan di kisaran lima persen, Kepri menunjukkan diri sebagai motor ekonomi kawasan barat Indonesia. Ini juga menegaskan bahwa bauran kebijakan fiskal dan moneter di daerah berjalan efektif menjaga stabilitas makroekonomi.
Ekspor Batam Tembus USD1,58 Miliar
Nilai ekspor Kota Batam pada April 2025 menembus 1,58 miliar dolar AS (USD), naik 6,11 persen dibanding Maret. Kenaikan ditopang oleh lonjakan sektor nonmigas, sementara ekspor migas justru turun.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Batam, Eko Aprianto, menjelaskan ekspor migas turun 9,79 persen (USD6,71 juta), sedangkan nonmigas naik 6,87 persen (USD98,15 juta), menjadi motor utama pertumbuhan.
Sepanjang Januari-April 2025, ekspor Batam tumbuh 28,33 persen (USD1,39 miliar) dibanding periode sama tahun lalu. Secara tahunan, ekspor nonmigas naik 31,54 persen (USD1,44 miliar).
Komoditas ekspor terbesar berasal dari golongan mesin/peralatan listrik, dengan nilai USD957,55 juta. Komoditas ini menyumbang hampir 50 persen dari total ekspor nonmigas Batam selama Januari-April, dengan total USD3,01 miliar.
Komoditas lain yang berkontribusi besar di antaranya Mesin/pesawat mekanik sebesar USD656,58 juta (10,88%), kapal laut sebesar USD560,81 juta (9,29%), besi dan baja senilai USD377,88 juta (6,26%), kokoa/coklat: USD287,52 juta (4,76%), dan minyak dan lemak hewan/nabati sebesar USD284,45 juta (4,71%). Sebaliknya, ekspor ikan dan udang turun 2,59 persen dibanding periode sama tahun lalu. (*)
Reporter : ARJUNA – RENGGA
Editor : RYAN AGUNG