Buka konten ini
ISTANBUL (BP) – Harapan gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia belum terwujud setelah perundingan kedua di Istanbul pada Senin (2/6) waktu setempat. Kesepakatan yang tercapai sama seperti perundingan pertama bulan lalu (16/5), yakni pertukaran tawanan perang.
Seperti dilansir dari The Guardian, Selasa (3/6), delegasi Ukraina dan Rusia bertemu di Istana Ciragan, Istanbul, dalam pertemuan tertutup yang berlangsung kurang dari dua jam. Pertemuan ini tidak membuahkan kesepakatan damai, melainkan kedua pihak sepakat untuk menukar masing-masing 6 ribu tawanan perang.
Prioritaskan Pemulangan Anak-Anak
Seperti perundingan pertama, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tidak ikut dalam perundingan kedua. Zelensky berada di Lithuania dan mengatakan bahwa pertukaran tawanan mengutamakan tentara muda serta yang sakit dan terluka. Dia juga menekankan pentingnya pemulangan anak-anak Ukraina yang diculik Rusia.
Kiev telah menyerahkan daftar hampir 400 anak kepada delegasi Rusia. Namun, Moskow baru menyatakan kesediaan mengembalikan 10 anak.
“Pemulangan anak-anak yang diculik adalah prioritas utama,” kata Rustem Umerov, menteri pertahanan Ukraina sekaligus kepala negosiator perundingan kedua, seperti dilansir dari Reuters.
Trump Terbuka Pertemukan Zelensky-Putin
Belum tercapainya gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia memantik reaksi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai tuan rumah perundingan. Erdogan pun menyatakan keinginan untuk mempertemukan Zelensky dan Putin di Istanbul atau Ankara dengan bantuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai pihak ketiga. Seperti dilansir AFP, Trump pun terbuka untuk memediasi Zelensky dan Putin.
“Presiden Trump terbuka untuk pertemuan puncak tiga pihak. Tapi, dia ingin kedua pemimpin dan kedua belah pihak duduk bersama di meja perundingan,” kata juru bicara Gedung Putih Karoline Leavitt.
Pertempuran Berlanjut
Sementara itu, pertempuran di lapangan terus berlangsung. Ukraina melancarkan serangan drone bersandi Operasi Spiderweb terhadap empat pangkalan udara Rusia, termasuk wilayah Siberia. Operasi tersebut diklaim menghancurkan 41 pesawat militer Rusia, tak terkecuali pesawat pembom strategis Tu-160 dan Tu-95, dengan kerugian ditaksir mencapai USD 7 miliar (Rp114 triliun).
Serangan pesawat nirawak Ukraina itu direspons pejabat senior keamanan Rusia Dmitry Medvedev dengan keras.
“Pembalasan tidak terhindarkan. Tentara kita akan terus maju. Segala sesuatu yang perlu diledakkan akan diledakkan dan mereka yang harus disingkirkan akan disingkirkan,” katanya dikutip dari Fox News. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO