Buka konten ini
JAKARTA (BP) – BYD, merek mobil listrik asal Tiongkok belakangan banyak jadi omongan. Terutama yang jelek-jeleknya, dimulai dengan adanya kasus mobil listrik BYD yang terbakar padahal sedang tidak dipakai dan beberapa isu konsumen lainnya di media sosial (medsos).
Paling baru, ramai juga di medsos, viral, banyak kanal pemberitaan dan konten video luar, melaporkan bahwa puluhan dealer BYD, di negara asalnya Tiongkok, tutup. Hal tersebut menyebabkan kerugian bagi ribuan konsumen di Tiongkok.
Benarkah demikian? Melansir Reuters, kabar tersebut benar adanya. Puluhan dealer BYD di Provinsi Shandong, Tiongkok, dilaporkan tutup.
Seluruh jaringan dealer tersebut dikelola oleh Qiancheng Holdings. Qiancheng Holdings sendiri dilaporkan tengah menghadapi masalah keuangan yang serius, sehingga sekitar 20 dealer BYD-nya terpaksa menutup operasionalnya.
Karena hal tersebut, disebut kalau lebih dari 1.000 konsumen belum mendapatkan layanan purnajual maupun jaminan kendaraan. Konsumen jelas menderita kerugian.
Sementara itu, surat kabar Jinan Times, yang dikelola oleh pemerintah kota Jinan menyebutkan bahwa dealer yang terdampak tersebar di empat kota, termasuk Jinan dan Weifang.
Para pemilik kendaraan kini membentuk kelompok perlindungan hak untuk mencari jalan keluar atas situasi tersebut. Bagaimanapun, BYD digadang-gadang sebagai merek nomor satu kendaraan listrik di Tiongkok.
Qiancheng Holdings sebelumnya dikenal sebagai pemain utama di industri otomotif, dengan pendapatan tahunan mencapai CNY 3 miliar dan mempekerjakan sekitar 1.200 karyawan sebelum krisis keuangan melanda.
Dalam surat terbuka bertanggal 17 April lalu, Qiancheng menyebut perubahan kebijakan dari pihak BYD terhadap jaringan dealer mereka menjadi penyebab utama terganggunya arus kas perusahaan. (*)
Reporter : JP Group
Editor : Gustia Benny