Buka konten ini
BATAM KOTA (BP) – Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Batam menggelar Tablig Akbar dalam rangka memperingati Milad ke-108 organisasi perempuan Muhammadiyah tersebut. Kegiatan bertema “Memperkokoh Ketahanan Pangan Berbasis Desa Qaryah Thayyibah Menuju Ketahanan Nasional” itu digelar di ruang serbaguna Masjid Agung Raja Hamidah, Batam Center, Sabtu (31/5), dan dihadiri ratusan jemaah dari berbagai wilayah di Batam.
Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah Kepulauan Riau, Efrin Sulistyowati, menyampaikan bahwa Milad ke-108 ini menjadi momentum reflektif dan penuh rasa syukur atas eksistensi dan peran Aisyiyah dalam dakwah keumatan, kebangsaan, dan kemanusiaan.
“Aisyiyah tetap berdiri tegak selama lebih dari satu abad. Ini adalah karunia Allah SWT. Kami akan terus mencerahkan kehidupan bangsa dengan dakwah yang membumi dan memberdayakan,” ujar Efrin.
Ia menegaskan komitmen Aisyiyah dalam menjunjung tinggi ajaran Islam serta mengedepankan prinsip kesetaraan dan kemajuan perempuan, sebagaimana ditekankan dalam Muktamar Aisyiyah ke-48 pada 2022 di Surakarta.
“Gerakan dakwah perempuan yang berkemajuan adalah amanat muktamar. Ayat-ayat Al-Qur’an menginspirasi kami untuk terus berkiprah di ruang publik, menggali potensi diri, dan mengukir peradaban,” katanya.
Salah satu bentuk nyata dakwah Aisyiyah saat ini, lanjut Efrin, adalah perhatian terhadap isu ketahanan pangan, terutama yang berbasis potensi lokal dan desa. Ia menyebut, ketahanan pangan bukan sekadar persoalan ekonomi, melainkan bagian dari dakwah sosial yang menyentuh langsung kebutuhan dasar masyarakat.
“Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat dengan jumlah dan mutu yang cukup, bergizi, merata, dan terjangkau tanpa bertentangan dengan ajaran Islam,” jelasnya.
Namun, ia juga menyoroti bahwa kondisi ketahanan pangan di Indonesia masih tergolong rendah dan memerlukan perhatian serius. Sejumlah tantangan seperti keterbatasan lahan produktif, distribusi pangan yang belum merata, dan pola konsumsi masyarakat yang belum sehat menjadi pekerjaan rumah bersama.
Karena itu, Aisyiyah mendorong penguatan sistem pangan berbasis sumber daya hayati lokal, seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan —baik yang diolah maupun tidak— untuk dikonsumsi secara berkelanjutan.
“Kami percaya, jika desa kuat, maka negara akan kokoh. Maka dari itu, pembangunan ketahanan pangan berbasis desa qaryah thayyibah menjadi bagian penting dari gerakan dakwah kami ke depan,” tegasnya.
Tablig Akbar ini menjadi bukti bahwa Aisyiyah tidak hanya menjadi organisasi perempuan Islam tertua di Indonesia, tetapi juga terus relevan dalam menjawab tantangan zaman dengan dakwah yang berorientasi pada kemaslahatan umat. (*)
Reporter : Azis Maulana
Editor : RATNA IRTATIK