Buka konten ini
ANAMBAS (BP) – Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kepulauan Anambas, Muhammad Nasir, mengaku tidak memiliki informasi terkait keberangkatan calon jemaah haji Furoda asal wilayahnya pada musim haji 2025. Alasannya, haji Furoda bukan bagian dari kuota resmi pemerintah Indonesia.
“Kami tidak tahu-menahu soal keberangkatan jemaah haji Furoda dari Anambas. Karena jalur ini langsung ditangani pemerintah Arab Saudi dan tidak terdaftar di sistem Kemenag,” ujar Nasir, saat dikonfirmasi, Minggu (1/6).
Nasir menjelaskan bahwa haji Furoda berbeda dari haji reguler, haji khusus, maupun ibadah umrah. Karena berada di luar skema resmi pemerintah, proses administrasi hingga teknis keberangkatan tidak berada dalam pengawasan otoritas Indonesia. “Apakah mereka berangkat atau tidak, kami tidak bisa memantau. Mereka bukan bagian dari kuota dan tidak tercatat dalam sistem haji nasional,” katanya.
Menurut Nasir, Kemenag hanya bertanggung jawab pada pelaksanaan haji melalui jalur kuota resmi pemerintah, baik untuk jemaah reguler maupun khusus. “Yang kami tangani adalah haji kuota. Jalur Furoda bukan wewenang kami,” ujarnya.
Ia juga menyoroti soal pembiayaan yang berbeda jauh dari haji reguler. Tidak ada standar resmi biaya untuk haji Furoda. Berdasarkan informasi yang ia peroleh, biaya jalur ini berkisar antara Rp300 juta hingga Rp500 juta per orang, tergantung penyelenggaranya.
Begitu juga dengan di Karimun. Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Karimun memastikan bahwa pada musim haji 1446 Hijriah atau 2025 Masehi, tidak satu pun jemaah asal daerah itu mendaftar sebagai peserta haji plus atau haji Furoda.
“Alhamdulillah, tidak ada warga Karimun yang mendaftar haji plus. Bahkan secara nasional, tahun ini Indonesia tidak memberangkatkan jemaah haji Furoda,” ujar Kepala Seksi Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT) Kemenag Karimun, Endang Sry Wahyu, kepada Batam Pos, Minggu (1/6).
Haji plus memang bukan perkara murah. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 72 Tahun 2025 tentang Biaya Perjalanan Ibadah Haji Khusus, biaya haji plus tahun ini dipatok minimal 8.000 dolar AS. Dengan kurs saat ini, jumlah itu setara Rp130 juta.
“Cukup mahal juga, dan memang sudah beberapa tahun terakhir tidak ada jemaah dari Karimun yang ambil paket ini. Rata-rata masih memilih haji reguler dengan durasi sekitar 40 hari. Terakhir hanya ada satu jemaah yang berangkat lewat kloter 17,” kata Endang.
Saat ini, seluruh jemaah calon haji (JCH) asal Karimun dari kloter 1, 2, maupun 17 tengah bersiap menyambut puncak pelaksanaan ibadah haji. Mereka dijadwalkan berangkat menuju Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) pada Rabu (4/6).
“Yang paling penting adalah menjaga stamina. Cukup istirahat dan konsumsi makanan sehat yang telah disiapkan,” ucap Endang mengingatkan.
Sementara itu, Irwan Dinovri, salah satu JCH Karimun, mengatakan bahwa saat ini para jemaah tengah mengikuti pembekalan kesehatan dari tim medis. Mulai 1 Juni, bus salawat yang biasa digunakan untuk menuju Masjidil Haram sudah berhenti beroperasi.
“Untuk salat lima waktu maupun sunah, kini kami melaksanakannya di hotel masing-masing,” ujar Irwan.
Ia menambahkan, seluruh jemaah sedang fokus mempersiapkan kebutuhan untuk menghadapi puncak haji, termasuk menjaga kekompakan di masing-masing kelompok.
“Insya Allah, kami sudah siap menunaikan ibadah haji. Semua telah dipersiapkan secara matang,” katanya yakin. (*)
Reporter : IHSAN IMADUDDIN – TRI HARYONO
Editor : GALIH ADI SAPUTRO