Buka konten ini

BATAM KOTA (BP) – Warga Perumahan Taman Legenda Bali, Kelurahan Baloi Permai, Kecamatan Batam Kota, mengeluhkan aroma tak sedap yang diduga berasal dari aliran buangan proyek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ke drainase lingkungan. Kejadian ini pertama kali diketahui pada Senin (26/5) malam dan memicu keresahan di kalangan warga.
Yusuf, salah seorang warga Legenda Bali, menyatakan keprihatinannya terhadap buangan air dari sistem IPAL yang justru dialirkan ke saluran parit.
Menurutnya, aliran air yang berasal dari rumah tangga seharusnya terlebih dahulu ditampung dan diolah secara menyeluruh sebelum dilepas ke lingkungan.
“IPAL itu terintegrasi dari pipa ke pipa dari rumah warga. Tapi di Legenda Bali ini malah dibuang ke parit. Artinya, limbah rumah tangga dibuang langsung ke situ,” kata Yusuf, Selasa (27/5).
Ia menilai pelaksanaan proyek IPAL terkesan tidak tuntas dan mengabaikan dampak lingkungan. Kekhawatiran warga muncul karena tidak ada kejelasan mengenai jenis air buangan yang masuk ke drainase tersebut.
“Semua kotoran masuk ke situ. Bayangkan kalau semua itu tumpah di Legenda Bali. Kami, tentu saja, khawatir. Itu, kan, limbah,” ujarnya.
Ketua RW 13 Legenda Bali, Cip Budianto, mengaku baru mengetahui kejadian tersebut dari laporan warga. Meski belum meninjau langsung lokasi, ia membenarkan bahwa bau tidak sedap mulai tercium di lingkungan Blok A.
“Kita bukan hendak menghambat proyek. Tapi kalau warga saya terdampak, apalagi muncul bau tak sedap, ya kasihan. Jadinya tidak nyaman,” kata Budi.
Ia menyebut, dampak yang terasa saat ini baru dirasakan oleh empat atau lima rumah di satu blok. Namun, ia menilai, proyek IPAL seharusnya memberikan solusi sanitasi yang lebih baik, bukan menimbulkan masalah baru. “Ironis kalau yang dijanjikan adalah perbaikan sanitasi, tapi malah seperti ini,” ucapnya.
Menurut Budi, pihak kontraktor proyek telah menghubunginya dan menjelaskan bahwa aliran ke drainase bersifat sementara. Mereka berjanji akan segera mengecek kondisi di lapangan dan mencari solusi untuk mengatasi permasalahan yang muncul.
“Saya sebagai RW hanya berharap warga tidak terus-menerus terganggu. Tempat kami juga masuk dalam cakupan proyek itu, jadi kami mendukung. Tapi jangan abaikan dampaknya,” tuturnya.
Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Biro Humas, Promosi, dan Protokol BP Batam, Ariastuty Sirait, menegaskan bahwa air yang dibuang ke parit bukanlah limbah berat. Menurutnya, air itu hanya berupa air kotor ringan seperti bekas cucian dan air hujan.
“Itu hanya sementara dibuang ke drainase. Paling lama satu minggu,” ujarnya.
Tuty menjelaskan, kondisi ini terjadi karena jalur utama di depan Perumahan Duta Plamo harus dibongkar akibat masalah elevasi. Untuk menjaga kelancaran proyek, dilakukan pengalihan sementara aliran air.
Ia memastikan bahwa setelah perbaikan di jalur utama rampung, aliran air akan kembali disambungkan ke sistem pengolahan sebagaimana mestinya. (*)
Reporter : Arjuna
Editor : RATNA IRTATIK