Buka konten ini
Anambas (BP) – Aktivitas ekspor ikan hidup dari Kabupaten Kepulauan Anambas ke Hongkong terhenti sejak beberapa bulan terakhir. Penyebabnya, kapal pengangkut dari negara tujuan tidak lagi beroperasi menjemput hasil budidaya nelayan setempat.
“Kalau tidak salah, ekspor terakhir itu akhir Januari. Setelah itu sempat ada kapal datang, tapi balik lagi ke Natuna tanpa memuat ikan,” ujar Kepala Dinas Perikanan, Pertanian, dan Pangan (DP3) Anambas, Rovaniyadi, Selasa (27/5).
Kondisi ini membuat nelayan lokal galau. Ikan hasil tangkapan dan budidaya tidak bisa dijual dengan harga layak di pasar lokal, sehingga menekan pendapatan mereka.
Saat ini, hanya dua pengepul yang masih aktif menampung hasil ikan budidaya, yakni Dodo di Air Sena dan Handa di Tarempa Barat.
“Kalau ekspor jalan, harga kerapu hidup bisa ratusan ribu per kilogram, bahkan napoleon bisa jutaan. Tapi sekarang, nelayan hanya bisa jual murah ke pengepul lokal, atau bahkan membiarkan ikannya tetap di laut,” kata Rovan.
Ia mengaku belum mengetahui pasti penyebab berhentinya ekspor ke Hongkong. Namun, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat agar segera mencari solusi. “Kami berharap ada jalan keluar secepatnya agar roda ekonomi masyarakat pesisir, khususnya sektor perikanan, bisa kembali bergerak,” ujar Rovan.
Selama ini, ekspor ikan hidup menjadi salah satu penopang utama ekonomi masyarakat Anambas, terutama di pulau-pulau terluar yang sangat bergantung pada laut sebagai sumber penghidupan.
Biasanya, masuknya kapal ekspor dari Hongkong mampu menggerakkan ekonomi nelayan dengan nilai tran-saksi yang mencapai hampir Rp3 miliar. (*)
Reporter : IHSAN IMANUDDIN
Editor : RYAN AGUNG