Buka konten ini
BINTAN (BP) – Malam baru saja turun di Kampung Tanah Merah, Desa Penaga, Kecamatan Teluk Bintan. Waktu menunjukkan pukul 22.30 WIB, Senin (26/5). Mahyudin, 49 tahun, bersiap turun ke laut. Seperti biasa, ia melepas tali tambat sampannya di pelantar rumah yang menjorok ke laut.
Namun belum sempat kakinya berpijak di sampan, seekor buaya muncul dari bawah pelantar dan menerkamnya. Mahyudin diseret ke dalam air, berteriak minta tolong dalam kepanikan. Suara jeritnya menembus keheningan malam dan terdengar hingga ke rumah-rumah warga.
Jamil, 72 tahun, warga setempat, mengaku sedang duduk di teras rumahnya ketika teriakan itu terdengar. Ia langsung berlari menuju pelantar. Di sana, samar-samar ia melihat Mahyudin bergelut dengan maut. Dengan satu tangan, Mahyudin berpegangan pada tangga kayu, berusaha melawan tarikan kuat dari dalam air.
“Saya lihat tangan kirinya masih bisa diraih. Saya dan anak langsung menariknya ke atas,” ujar Jamil saat ditemui keesokan harinya, Selasa (27/5).
Tapi kekuatan dari bawah air tak main-main. Seekor buaya besar berwarna hitam, panjangnya sekitar empat meter, muncul ke permukaan. Binatang buas itu tak rela buruannya lolos begitu saja. Yang terjadi kemudian adalah duel tarik-menarik antara manusia dan reptil purba.
“Saya dan buaya itu tarik-tarikan. Dia ke bawah, kami ke atas,” kata Jamil.
Pertarungan itu berlangsung sekitar 20 menit. Buaya itu akhirnya menyerah dan berenang menjauh ke arah kerambah. Mahyudin selamat, tapi tubuhnya penuh luka. Kaki kanannya robek besar, dan kaki kirinya juga terluka parah. Ia hanya bisa bersandar lemah di pagar pelantar, darah mengalir deras membasahi lantai kayu.
Warga yang berdatangan segera memberi pertolongan pertama. Setelah itu, Mahyudin dilarikan ke rumah sakit di Tanjungpinang.
Rudi, warga lainnya, mengatakan saat kejadian ia berada di laut. Mendengar suara ribut dari daratan, ia mengarahkan senter ke arah kerambah. Di sana ia melihat mata besar buaya hitam itu berkilat dalam gelap, tak jauh dari tempat kejadian.
Menurut warga, buaya tersebut bukan pendatang baru. Sudah beberapa bulan terakhir hewan buas itu kerap terlihat berkeliaran di perairan sekitar permukiman. Populasinya pun disebut semakin banyak. Warga kini resah. Sebagian besar dari mereka adalah nelayan, dan laut adalah ruang hidup mereka.
“Kami berharap buaya itu bisa segera ditangkap. Kalau dibiarkan, bisa memakan korban lagi,” ujar salah satu warga.
Tubuh Sempat Diputar-putar, Mata Buaya Dicolok
Saat hendak menaiki sampan dari pelantar, seekor buaya tiba-tiba menerkam tubuh Mahyudin. Ia terseret jatuh ke laut. Di dalam air, reptil besar itu memutar-mutar tubuhnya. Mahyudin tak berontak. Ia khawatir perlawanan justru membuat tulangnya patah.
Namun naluri bertahan hidup mengambil alih. Dalam kepanikan, Mahyudin mencolok mata buaya itu dan berhasil. Cengkeraman buaya mengendur. Ia berenang sekuat tenaga ke pelantar, meraih tangga kayu, lalu berteriak minta tolong.
Teriakannya didengar Jamil, tetangganya yang berusia 72 tahun. Tanpa pikir panjang, Jamil bergegas ke pelantar dan berusaha menarik Mahyudin. Namun buaya belum menyerah. Hewan buas itu kembali menggigit kaki Mahyudin dan mencoba menyeretnya kembali ke laut.
Tarik-menarik antara manusia dan predator itu berlangsung sekitar 20 menit. Jamil dibantu anaknya berusaha sekuat tenaga menarik Mahyudin ke atas. Hingga akhirnya, mereka berhasil melepaskan tubuh Mahyudin dari rahang buaya.
Mahyudin dilarikan ke RSUD Raja Ahmad Tabib, Tanjungpinang. Ia mengalami luka robek di betis kedua kaki, luka di paha kanan, dan lecet di jempol tangan kiri. (*)
Reporter : Slamet Nofasusanto
Editor : GALIH ADI SAPUTRO