Buka konten ini
Mereka tak berseragam, tak bicara, tapi nalurinya tak pernah salah. Enam anjing pelacak Polda Kepri ini jadi senjata rahasia polisi yang tak pernah gagal membongkar bahaya. Penasaran bagaimana mereka dilatih dan seperti apa aksi mereka di lapangan?

DI sebuah sudut markas Direktorat Samapta Polda Kepri, suara gonggongan terdengar bersahutan. Bukan karena marah atau gelisah, tapi itulah bentuk semangat dari enam ekor anjing pelacak yang menjadi ujung tombak Unit K9 Polda Kepri. Mereka bukan hewan biasa. Mereka adalah personel istimewa yang bertugas menjaga keamanan masyarakat dari ancaman tak kasatmata, seperti narkoba, bahan peledak, hingga kerusuhan massa.
Unit K9 ini memiliki nama program: Dolbin, Dog Lovers Batam K9 Polda Kepri. Bekerja sama dengan komunitas pecinta anjing di Batam, mereka membentuk simbiosis yang unik: profesionalisme bertemu kasih sayang, kedisiplinan berpadu naluri.
“Anjing-anjing ini bukan sekadar satwa pendamping. Mereka bagian dari strategi keamanan kami,” ujar Kombes Joko Adi, Direktur Samapta Polda Kepri.
Kombes Joko menyebut, para anjing K9 dilatih sesuai bidang keahliannya oleh polisi profesional. “Sekilas mereka mungkin terlihat biasa, duduk atau diam saja. Tapi saat diberi aba-aba, mereka bekerja dengan naluri tajam. Mereka sangat bisa diandalkan,” tegasnya.
Di Unit K9, setiap anjing memiliki spesialisasi. Untuk urusan narkotika, sebut saja nama Hank, Labrador jantan berumur 11 tahun. Meski usia tak muda lagi, kepekaannya masih menjadi andalan. Bersama pasangannya, Jina, seekor Belgian Malinois betina berusia 7 tahun, mereka sudah berulang kali diterjunkan dalam penggerebekan.
“Salah satu operasi yang paling berkesan, waktu di Simpang Dam (Seibeduk). Kami temukan bong sabu yang disembunyikan sangat rapi. Tapi Hank dan Jina berhasil mendeteksinya dalam hitungan menit,” ungkap Bripka Freddy Sinaga, Kepala Subunit Cakkal (Pelacakan dan Penangkalan).
Untuk deteksi bahan peledak, ada Happy, Malinois betina berumur dua tahun. Meski usianya masih muda, Happy dikenal tangkas dan tenang. Nalurinya terlatih untuk mengendus bau bahan peledak bahkan dari jarak beberapa meter.
Pelacakan umum diserahkan pada Alex, seekor German Shepherd jantan berumur dua tahun. Geraknya cepat, fokusnya kuat. Dalam latihan, Alex mampu membedakan jejak manusia hanya dari sepotong kain atau benda bekas pakai.
Sedangkan untuk pengendalian massa, andalan Unit K9 adalah pasangan Diego dan Dora. Keduanya adalah Belgian Malinois berusia empat tahun yang tak hanya terlatih menghadapi kerumunan massa, tapi juga langganan juara di kompetisi obedience tingkat Kepri. Dora bahkan pernah mendapatkan skor tertinggi dalam tes ketangkasan dan kepatuhan.
“Mereka tahu kapan harus garang dan kapan harus diam. Di tengah kerumunan demonstrasi, mereka tetap bisa fokus pada aba-aba pawangnya,” tambah Freddy.
Pelatihan para anjing ini tidak dilakukan dengan kekerasan. Freddy dan timnya menggunakan metode berbasis permainan. Mainan favorit seperti kong dijadikan alat bantu latihan.
“Kami bangun suasana senang. Kalau mereka bahagia, hasil latihannya jauh lebih maksimal. Latihan bukan siksaan, tapi aktivitas menyenangkan buat mereka,” jelas Freddy sambil menunjukkan tas berisi mainan dan camilan khusus anjing.
Para pawang atau handler juga bukan sembarang orang. Mereka menjalani pelatihan khusus selama dua bulan sebelum bertugas. Kini, ada 17 personel aktif di Unit K9, dan semuanya memiliki hubungan emosional yang kuat dengan anjing-anjing yang mereka latih.
“Setiap pawang punya satu anjing tetap. Mereka tahu nada gonggongan, bahasa tubuh, bahkan mood si anjing. Hubungannya hampir seperti keluarga,” ujar Freddy.
Namun bekerja dengan anjing pelacak bukan tanpa risiko. Gigitan, cakaran, atau luka kecil sudah menjadi bagian dari keseharian. “Sudah biasa digigit. Tapi kami tahu itu bukan karena marah, hanya refleks saat latihan,” katanya sembari menunjukkan bekas luka kecil di lengannya.
Kehadiran Unit K9 bukan hanya membantu kerja kepolisian, tetapi juga membentuk citra baru kepolisian yang lebih inklusif dan modern. Anjing-anjing ini menjadi simbol sinergi antara kecerdasan alam dan teknologi manusia.
Mereka kini rutin bertugas di titik-titik vital seperti Bandara Hang Nadim, Pelabuhan Batam Center, Sekupang, Batuampar, Harbour Bay, hingga Punggur. Dalam setiap tugas, mereka bergerak dalam diam — tetapi hasilnya nyata.
“Kalau manusia bisa menipu alat, mereka tidak bisa menipu anjing. Anjing tidak punya prasangka, hanya insting,” kata Freddy.
Enam ekor K9 itu mungkin tak tahu bahwa mereka sedang menjaga keamanan kota. Tapi setiap gonggongan mereka, setiap lompatan, setiap ekor yang bergoyang saat tugas selesai — adalah bukti bahwa mereka mengerti satu hal: mereka bagian dari sesuatu yang lebih besar.
Mereka adalah pahlawan berbulu yang bekerja dalam senyap. Penjaga kota yang tak kenal pamrih. (***)
Reporter : Yashinta
Editor : RATNA IRTATIK