Buka konten ini
MAKKAH (BP) – Puncak ibadah haji, yakni wukuf di Arafah, tinggal dua minggu lagi. Menyambut momen krusial tersebut, Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi melalui Satuan Operasional (Satops) Armuzna terus mematangkan skenario pelayanan. Terutama di kawasan Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Salah satu langkah besar adalah perubahan pola penempatan petugas di Mina. Kini, petugas haji dibagi menjadi delapan sektor ad hoc dan sepuluh pos pantau baru. Penempatan ini disesuaikan dengan sistem layanan terbaru berbasis syarikah, perusahaan penyedia layanan haji yang tahun ini jumlahnya delapan.
Selain itu, PPIH menyiapkan lima pos Mobile Crisis Rescue (MCR) di lantai atas Jamarat. Mereka akan mengantisipasi kondisi darurat. Misalnya, jemaah kelelahan atau kepadatan ekstrem saat ritual melontar jumrah.
Sistem syarikah menuntut setiap petugas memahami peta distribusi tenda dan rute evakuasi masing-masing. Karena itu, PPIH akan menggelar gladi operasional dan orientasi lapangan. Tujuannya agar petugas tidak hanya mengandalkan peta, tetapi benar-benar mengenali medan di lapangan.
Penataan infrastruktur juga dilakukan. Mulai perbaikan jalur pergerakan jemaah hingga pembangunan gapura baru di area tenda. Kepala Satops Armuzna Kolonel Laut Harun Arrasyid menyebut, koordinasi antarsektor dan penguasaan medan menjadi kunci.
”Semua yang baru pasti menantang. Tapi dengan latihan dan komunikasi yang kuat, kita siap,” tegasnya.
Sementara itu, hingga Rabu (21/5), berdasarkan data Siskohat pukul 13.30 Waktu Arab Saudi (WAS) atau pukul 17.30 WIB, sebanyak 138.310 jemaah telah tiba di Arab Saudi melalui 347 kelompok terbang (kloter). Dari jumlah itu, 101.873 jemaah sudah berada di Makkah, termasuk 30.196 jemaah lanjut usia (lansia).
PPIH terus mengingatkan jemaah untuk menjaga kondisi fisik, terutama di tengah cuaca ekstrem. Berdasarkan data The Weather Channel, suhu maksimum di Makkah saat siang hingga akhir pekan ini bisa mencapai 43 derajat Celsius, dengan kelembapan hanya 22 persen dan indeks UV berada di level ekstrem.
”Cuaca panas ini bisa berdampak serius pada kesehatan, khususnya bagi lansia dan jemaah yang memiliki penyakit penyerta,” ujar Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik Kemenag Akhmad Fauzin.
Hingga hari ke-21 operasional, tercatat 35 calon jemaah haji (CJH) Indonesia wafat. Jumlah itu terdiri atas 26 laki-laki dan sembilan perempuan. Fauzin menyampaikan belasungkawa mendalam dan meminta jemaah tidak memaksakan diri beraktivitas di luar ruangan pada siang hari.
Pada bagian lain, Kemenag menyatakan bahwa masalah keterpisahan jemaah haji Indonesia akibat perbedaan syarikah telah ditangani tuntas. Penegasan ini disampaikan Tenaga Ahli Menteri Agama Bidang Haji, Umrah, dan Hubungan Internasional Bunyamin Yapid di Makkah.
”Tak perlu khawatir, pasti digabungkan. Sudah, sudah tidak ada masalah,” tegas Bunyamin. Dia menyebut, penyatuan jemaah yang sebelumnya terpisah karena sistem delapan syarikah telah dilengkapi dengan edaran resmi dari Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dan sudah berjalan di lapangan. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG