Buka konten ini
SEKUPANG (BP) – Komoditas hortikultura seperti cabai dan bawang masih menjadi penyumbang utama inflasi di Kota Batam. Untuk menekan dampak tersebut, Pemerintah Kota Batam menargetkan produksi lokal minimal 20 persen dari total kebutuhan harian agar dapat mengintervensi harga di pasar.
“Kebutuhan cabai di Batam mencapai 15 ton per hari. Untuk menstabilkan harga, kita harus mampu memproduksi minimal 2 hingga 3 ton per hari secara mandiri,” ujar Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Batam, Mardanis, Rabu (21/5).
Saat ini, produksi cabai lokal masih jauh dari target tersebut. Lahan pertanian yang ada baru mampu menghasilkan sekitar 800 kilogram per hari. Untuk menutupi kekurangan itu, Pemko menargetkan pengembangan lahan cabai merah hingga 20 hektare.
“Tahun ini sudah dikembangkan 5 hektare dari APBD murni, ditambah 7 hektare dari program prioritas ketahanan pangan. Jadi totalnya 12 hektare. Masih kurang, dan akan terus ditambah,” jelasnya.
Adapun, kebutuhan cabai rawit di Batam mencapai sekitar 7 ton per hari, sementara permintaan terhadap cabai setan juga cukup tinggi. Untuk itu, Pemko menargetkan pengembangan masing-masing seluas 10 hektare untuk cabai rawit dan cabai setan.
Selain cabai, kebutuhan sayuran seperti bayam dan kangkung juga mengalami peningkatan. Tahun ini, Pemko mengembangkan lahan sayuran seluas 5 hektare dan menggencarkan program pertanian rumah tangga melalui Kelompok Wanita Tani (KWT).
“Sudah terbentuk 80 KWT se-Kota Batam. Jika setiap anggota menanam 20 polibek cabai, itu setara dengan tambahan produksi dari lahan seluas 4 hektare. Kita bantu benih, pupuk, dan pendampingan,” tambah Mardanis.
Jika seluruh rencana berjalan sesuai harapan, produksi cabai lokal dapat mencapai 20 persen dari kebutuhan harian Batam, atau sekitar 3 ton per hari. Meskipun belum mencukupi seluruh kebutuhan, angka tersebut dinilai cukup untuk menekan harga saat pasokan dari luar terganggu.
Sementara itu, produksi bawang merah masih sulit ditingkatkan karena kendala teknis dan iklim. Petani kerap mengalami gagal panen pada usia tanaman sekitar 50 hari akibat cuaca ekstrem dan serangan hama.
Sebagai strategi tambahan, Pemko juga menjalin kerja sama antardaerah dengan Kabupaten Tapanuli Utara untuk pengadaan cabai, kentang, dan telur. “Jika MoU ini berjalan, kita bisa mengendalikan harga dengan lebih optimal,” pungkasnya. (*)
Reporter : Rengga Yuliandra
Editor : RATNA IRTATIK