Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Alih-alih mengejar tren hunian modern yang serba minimalis dan tertutup, rumah Margaret justru dibentuk agar terbuka dari tiga sisi: depan, samping, dan belakang. Rumah jadi terang, sejuk, dan hidup karena sirkulasi udara serta cahaya alami bisa leluasa masuk.
Taman belakang dibuat cukup luas, bersebelahan langsung dengan ruang keluarga.
”Kalau sliding door dibuka semua, taman ini menjadi perpanjangan ruang keluarga. Rasanya seamless, tanpa batas antara bagian dalam dan luar,” kata Arsitek Local Architecture Bureau, Gemawang Swaribathoro.
Fasad Beda, Ada Akses Masuk dari Samping
Fasad rumah pun dirancang berbeda. Akses masuk rumah bukan di depan layaknya hunian pada umumnya, melainkan dari samping. Menurut Gemawang, Margaret bukan hanya soal desain, tetapi soal menghadirkan experience.
”Ada perjalanan kecil saat masuk rumah. Parkir dulu, lalu berjalan menyusuri sisi rumah hingga masuk ke area tengah. Ada momen transisi, dari dunia luar yang sibuk ke ruang personal yang tenang,” tutur Awang, sapaan akrabnya.
Di tengah hiruk-pikuk kota, rumah bukan sekadar tempat tinggal, melainkan menjadi tempat rehat yang mampu meredam penat. Mengusung konsep urban sanctuary, Royal Residence menyiapkan rumah Margaret. Hunian yang berlokasi di Surabaya Barat itu kental nuansa alam bak resor, berpadu dengan rumah kota yang ringkas dan efisien.
Ruang Utama Didesain Open Plan
Masuk ke dalam rumah, orang langsung berdecak kagum saat melewati atrium yang menjulang tinggi. Cahaya alami melimpah, sirkulasi udara juga optimal. Ruang utama didesain terbuka dengan konsep open plan, menyatukan ruang keluarga, ruang makan, dan pantry dalam satu zona tanpa sekat.
”Lantai dasar fokus sebagai area semipublik dengan satu kamar. Sementara lantai atas menjadi zona privat yang terdiri atas satu master bedroom dan dua kamar tidur anak. Ketika naik ke atas, itu murni ruang pribadi. Transisi dari publik ke privat jelas terasa,” katanya.
Gunakan Material Ramah Lingkungan
Sisi sustainability tercermin dari pemilihan material bangunan. Hunian ini menggunakan bahan-bahan lokal dan ramah lingkungan yang memberi kesan natural. ”Kita pakai atap bitumen dari hasil daur ulang aspal. Untuk dinding, menggunakan batu tempel dari tanah liat, bukan batu bongkahan. Lebih tropis dan ramah lingkungan,” ungkapnya.
Menurut Dirut PT Bhakti Tamara Ir Lodewyk Wattimena, kekuatan utama Margaret bukan hanya pada desain, melainkan juga lingkungan sekelilingnya. Royal Residence berani menyediakan 55 persen lahannya menjadi ruang hijau terbuka untuk mendukung konsep urban sanctuary.
’’Kami tidak bangun clubhouse. Kami memilih menghadirkan taman yang bisa dinikmati semua orang. Ada tempat bermain anak, ruang duduk santai, jalur hijau, jogging track. Semuanya menyatu dalam masterplan organika,’’ katanya. (***)
Reporter : JP Group
Editor : gustia benny