Buka konten ini
DAMASKUS – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencabut sanksi ekonomi terhadap Suriah pada Selasa malam (13/5). Keputusan ini langsung disambut sorak-sorai di Damaskus. Trump juga sedang mempertimbangkan proposal pembangunan Trump Tower di jantung ibu kota Suriah itu.
Langkah ini menjadi penanda titik balik hubungan AS dan Suriah. Mereka lebih dari satu dekade berseteru. Embargo ketat sempat dilakukan AS menyusul tindakan keras Presiden Suriah Bashar al-Assad terhadap demonstran damai pada 2011.
Tetapkan 12 Syarat
Pemerintahan Trump sebelumnya menetapkan 12 syarat bagi pencabutan sanksi. Beberapa di antaranya, perlindungan terhadap kelompok minoritas dan kebebasan bagi AS untuk tetap melancarkan serangan terhadap kelompok yang dikategorikan sebagai teroris.
Komitmen untuk Stabilitas
Meski negosiasi dengan pemerintah baru yang dipimpin kelompok sayap kanan masih berlangsung, Trump mengambil langkah sepihak. Dia menyebut sebagai komitmen untuk stabilitas dan pemÂbangunan kembali Suriah. Sontak, kendaraan-kendaraan dengan bendera Suriah merayap memenuhi jalanan Damaskus, diiringi musik tradisional dan tarian spontan warga.
“Semua orang senang dan turun ke jalan. Puji Tuhan, syukur kepada Tuhan ribuan kali,” ujar seorang warga Damaskus Omar al-Nafa.
90 Persen Rakyat Miskin
Pencabutan sanksi ini membuka pintu bagi Suriah untuk kembali terhubung dengan sistem ekonomi global. Selama 14 tahun konflik, menurut data PBB lebih dari 90 persen warga Suriah hidup dalam kemiskinan. Pembangunan kembali terhambat oleh embargo yang memutus akses Suriah ke sistem keuangan internasional, termasuk jaringan perbankan Swift.
Meski warga Suriah bersuka cita, skeptisisme muncul dari Israel. Tel Aviv menolak kehadiran pasukan pemerintah Suriah di bagian selatan negara itu dan menyatakan akan terus menggempur target-target yang dianggap mengancam keamanan mereka. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO