Buka konten ini
PARIS (BP) – Alexandre Arnault, putra ketiga dari taipan mode Bernard Arnault, menghadapi tantangan besar yang bisa menentukan masa depannya dalam dinasti LVMH. Di usianya yang baru 33 tahun, dia ditugaskan menghidupkan kembali divisi minuman Moet Hennessy, unit berkinerja terburuk dalam konglomerat mewah bernilai lebih dari USD 280 miliar (sekitar Rp4.675 triliun, kurs Rp16.700 per USD) tersebut.
Moet Hennessy, yang menjual produk-produk ternama seperti sampanye Moet & Chandon dan cognac Hennessy, mengalami penurunan penjualan dua tahun berturut-turut. Laba operasionalnya anjlok sepertiga akibat permintaan yang melemah di pasar utama seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Ancaman tarif impor yang meningkat dari pemerintah AS terhadap produk-produk Eropa turut memperburuk situasi.
Pangkas 13 Persen Karyawan
Melansir Reuters kemarin (13/5), Alexandre yang sebelumnya menjabat eksekutif senior di Tiffany & Co., kini menjadi deputi CEO Jean-Jacques Guiony. Keduanya langsung mengambil langkah tegas. Yakni dengan memangkas 13 persen karyawan dan memusatkan anggaran pemasaran pada merek-merek unggulan untuk pelanggan ultra-kaya.  ”Situasinya sangat sulit,” kata Alexandre dalam pertemuan internal yang disampaikan melalui video.
Strategi Alexandre juga mencakup pengawasan langsung terhadap Moet Hennessy Private, unit eksklusif yang melayani klien kalangan atas dengan layanan personalisasi dan pengalaman mewah. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO