Buka konten ini

BATAM (BP) – Pemerintah terus memacu penyelesaian pembangunan menara suar atau mercusuar di Pulau Karang Singa, Kepri, yang terletak di perbatasan strategis Indonesia dengan Singapura dan Malaysia. Proyek ini ditargetkan rampung pada Juli 2025 dan telah mencapai progres 87 persen.
Peninjauan langsung dilakukan oleh rombongan lintas lembaga yang bertolak dari Pelabuhan Batuampar, Batam, Rabu (7/5). Hadir dalam rombongan tersebut antara lain Deputi Bidang Koordinasi Pertahanan Negara Kemenko Polhukam Mayjen TNI Purwito Hadi Wardhono, perwakilan BIN, Bakamla, TNI AL, serta Dirjen Perhubungan Laut.
Rombongan Kemenko Polhukam dan pemangku kepentingan terkait menggunakan KN Tanjung Dato milik Bakamla dari Batam. Sementara dari Bintan, TNI AL menggunakan Patkamla CB 58 Lanal Bintan.
Setibanya di lokasi, rombongan Kemenko Polhukam bersama Ditjen Hubla Kementerian Perhubungan, Bakamla, BIN, dan TNI AL berpindah ke kapal Patkamla CB 58 Lanal Bintan untuk mendekati lokasi pembangunan menara suar Karang Singa. Dalam rombongan itu turut hadir Asops Pangkoarmada I Kolonel Laut (P) Nazaruddin I, Kolonel Laut (P) Yuyus Wahyudin NRP 10338/P (Sahli Pok C Straops), dan Danlanal Bintan Letkol Laut (P) Eko Agus Susanto.
“Saya mewakili negara dari Menko Polhukam bersama BIN, Dirjen Hubla, Bakamla, dan TNI AL meninjau menara suar Karang Singa yang pembangunannya sudah dimulai dan kini terus berlangsung,” kata Mayjen Purwito.
Proyek mercusuar ini merupakan pembangunan strategis negara sebagai simbol batas kedaulatan Indonesia di kawasan perairan yang sibuk dengan lalu lintas pelayaran internasional.
“Pembangunan ini sangat penting dari sisi pertahanan dan keselamatan pelayaran. Ini bukan hanya penanda batas negara, tapi juga menjamin keselamatan navigasi bagi kapal-kapal yang melintasi wilayah kita,” ujarnya.
Menurut Purwito, proyek tersebut telah berjalan selama dua tahun dengan skema pendanaan multiyears melalui Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan dirancang tuntas pada pertengahan tahun ini. Pembangunan menara suar dipercayakan kepada PT Pasific Multindo Permai dengan anggaran sekitar Rp70 miliar. Lokasinya di Karang Singa dipilih karena titik itu merupakan bagian paling luar dari wilayah maritim Indonesia di Selat Singapura.
Berdasarkan data pemerintah, kawasan ini dilintasi hampir 100 ribu kapal setiap tahun. Maka, kehadiran mercusuar akan memperjelas navigasi serta memperkuat klaim yuridiksi maritim Indonesia di hadapan negara tetangga.
Dirjen Perhubungan Laut Capt Antoni Arif Priadi mengatakan bahwa secara teknis pembangunan berjalan lancar, meskipun arus laut yang kuat sempat menghambat peninjauan langsung ke platform utama mercusuar. “Kita belum bisa naik ke platform karena arus cukup kuat. Tapi pekerjaan sudah 87 persen dan kita optimistis selesai tepat waktu sesuai kontrak,” kata dia.
Ia menambahkan, fungsi utama mercusuar adalah memberi lampu suar dengan jangkauan minimal 6 mil laut untuk keselamatan navigasi. Saat ini, pembangunan platform dan pengecoran sisi luar sedang berlangsung, sementara seluruh material konstruksi telah berada di lokasi.
Dari sisi pemerintah daerah, Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Kepri Adi Prihantara menyebut proyek ini telah dirancang sejak 2021. Meski sempat mengalami beberapa perubahan desain, Pemprov Kepri tetap mendukung penuh pelaksanaannya.
“Karena wilayahnya berada di Kepri, kami akan membersamai pembangunan kawasan maritimnya ke depan. Dulu dirancang untuk ada helipad dan tempat sandar kapal, tapi DED-nya diubah dan saat ini fokus dulu pada pembangunan suar,” katanya.
Ia meyakini target penyelesaian proyek akan tercapai sesuai tenggat waktu. Pemerintah daerah juga mendukung aspek pendukung lainnya seperti kawasan laut dan akses lingkungan sekitar.
Mercusuar ini nantinya akan menggunakan energi surya atau solar cell sebagai sumber daya utama, menjadikannya bangunan ramah lingkungan di tengah laut. Selain memperkuat kedaulatan, proyek ini juga menjadi bagian dari modernisasi sistem navigasi nasional. (*)
Reporter : ARJUNA – SLAMET NOFASUSANTO
Editor : RYAN AGUNG