Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Kementerian Perindustrian mendorong pelaku industri kecil dan menengah (IKM) furnitur memperluas pasarnya, termasuk ke kancah internasional, selain memaksimalkan pasar dalam negeri. Salah satu kawasan yang disasar adalah Timur Tengah.
Direktur Industri Kecil dan Menengah Pangan, Furnitur, dan Bahan Bangunan Kemenperin Bayu Fajar Nugroho menyampaikan, pentingnya diversifikasi pasar untuk meningkatkan ketahanan indus-tri nasional. Apalagi, Timur Tengah memiliki demand tinggi terhadap produk furnitur.
”Industri furnitur nasional memiliki potensi yang besar seperti memiliki keunggulan sumber bahan baku yang khas dan melimpah, serta ciri dan identitas teknik desain dan produksi, namun masih terdapat ketergantungan terhadap pasar yang sudah ada. Hal ini harus segera diimbangi dengan penetrasi ke pasar non-tradisional. Timur Tengah menjadi salah satu kawasan strategis yang harus digarap lebih serius,” urainya di Jakarta, Senin (5/5).
Bayu menambahkan, pada 2024 berdasarkan data dari trademark.org, negara-negara Timur Tengah yang tergabung dalam the Gulf Cooperation Council (GCC) mencatat nilai impor produk furnitur (HS 9401 – 9403) senilai 4,71 miliar dolar AS (USD). Dari jumlah tersebut, barang asal Indonesia baru mendapatkan market share sebesar 0,61 persen atau senilai USD29,1 juta.
”Kita harus melihat situasi ini bukan hanya sebagai tantangan, tetapi juga peluang. Kawasan Timur Tengah menawarkan potensi besar dengan preferensi konsumen yang terus berkembang. Industri kita harus siap bersaing, baik dari sisi kualitas produk, desain, standardisasi, sertifikasi, serta kemampuan dan kapasitas dalam melakukan ekspor,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur mengusulkan, pemerintah menggalakkan pendekatan langsung ke negara-negara yang menjadi sasaran ekspor. Termasuk, ke Amerika Serikat yang menjadi pasar terbesar produk mebel RI. “Dengan begitu, mebel Indonesia tetap dilirik dan dikenal,” ujarnya.
Untuk menjaga harga jual agar tetap terjangkau di pasar ekspor dan tetap berdaya saing, Abdul mengungkapkan bahwa anggota HIMKI mengupayakan proses produksi dapat berjalan optimal dan efisien. ”Oleh karena itu, butuh dukungan seperti subsidi pemerintah. Langkah konkret dengan inovasi desain, pemanfaatan teknologi, melakukan peremajaan alat dan teknologi, atau strategi harga yang lebih kompetitif,” ucapnya.
HIMKI menyebutkan, pasar potensial yang patut diincar saat ini adalah Timur Tengah, India, Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, hingga Afrika. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG