Buka konten ini
Sepanjang kariernya, total sembilan kali Denny Caknan batal konser akibat promotor tak profesional. Platform yang dia dirikan bertujuan melindungi hak musisi, vendor, sekaligus fans.
VIDEO-VIDEO musiknya boleh mencatat puluhan sampai ratusan juta view di YouTube. Lagu-lagunya boleh susul-menyusul menjadi hit. Tapi, bukan berarti musikus pop Jawa Denny Caknan tak pernah mengalami pengalaman pahit batal konser akibat ketidakprofesionalan promotor.
Tahun lalu bahkan sampai empat kali pelantun Kartonyono Medot Janji itu mengalami, terbanyak sepanjang karier ayah satu anak tersebut. Total sejak 2021 sudah sembilan kali pendendang Los Dol tersebut gagal manggung.
Kalau dinominalkan, angka kerugian akibat serentetan gagal manggung itu juga tak main-main. Di kisaran Rp1–2 miliar.
”Jengkel ya pasti. Tapi, saya yakin, rezeki akan datang dari segala arah,” kata Denny di Ngawi, Jawa Timur, Senin (24/2) lalu.
Denny tentu saja bukan satu-satunya musisi yang mencecap kepahitan itu. Itulah yang akhirnya mendorong pria yang terlahir dengan nama Deni Setiawan tersebut, lewat manajemennya, DC Production, berinisiatif mendirikan platform penjualan tiket konser sendiri yang tidak dapat diusik promotor nakal.
Sebagaimana genre musik yang dia geluti, nama platform-nya pun Jawa banget: tukutiket.id. Platform tersebut hasil kolaborasi Denny dan DC Production dengan platform tiket serupa yang dimiliki pentolan Dewa 19 Ahmad Dhani, dewatiket.id.
’’Pada intinya, kami berusaha memecahkan persoalan dalam industri musik Jawa yang kerap jadi korban dari promotor yang hanya memikirkan keuntungan sendiri,’’ sebut Aprizal Wahyu Saputro, manajer Denny yang juga menjadi co-founder tukutiket.id.
Garansi Minimal
Dalam mekanismenya nanti, promotor tidak akan dapat menarik uang penjualan tiket melebihi garansi minimal. Garansi minimal adalah besaran uang yang harus dia bayarkan ke musisi.
Itu berlaku juga untuk vendor. Garansi minimal tersebut yang melindungi hak musisi, vendor, sekaligus penonton.
Terlebih ketika konser batal digelar karena promotornya kabur. Dengan membawa uang dari hasil penjualan tiket yang sudah ditarik mendekati hari H konser saat musisi dan vendor belum terlunasi.
’’Jadi, semisal konser tersebut batal diselenggarakan, artis dan vendor tetap akan menerima penuh haknya,’’ sebut Apri, sapaan akrab Aprizal, saat launching tukutiket.id di kantor DC Production di Ngawi.
Apri mengakui, kesuksesan dewatiket.id di balik suksesnya konser-konser Dewa sebagai alasannya berkolaborasi. Begitu pula gelaran sejumlah musisi lain yang penjualan tiketnya di-handle dewatiket.id. Termasuk beberapa konser terakhir Denny.
Julina Barus selaku co-founder dewatiket.id dan juga co-founder tukutiket.id pun menyebut inovasi ini sebagai langkah penting untuk menjaga keberlanjutan ekosistem di musik ambyar –sebutan lain untuk pop Jawa atau ada pula yang mengklasifikasikannya sebagai campursari.
Pasaran musik ambyar saat ini, lanjut Julina, bagus. Sayang jika kondisi tersebut lantas dirusak ulah sekelompok promotor tidak bertanggung jawab. ’’Kami berharap ini bisa jadi solusi aman bagi industri musik ambyar,’’ harapnya.
Julina menambahkan, platform tersebut tidak hanya mengamankan fee bagi musisi dan vendor serta hak penonton. Tapi, juga sebenarnya turut membantu promotor dalam memaksimalkan penjualan tiket lewat promosi.
Selain itu, bisa jadi jembatan antara penyelenggara konser dengan brand-brand ternama untuk berkolaborasi. Sebagai langkah awal, tukutiket.id mulai digunakan pada konser Ujung-Ujungnya Dangdut (UUD) yang akan digelar di Malang dua bulan ke depan. Saat ini platform tersebut masih berada dalam tahap uji coba.
Seperti dewatiket.id, tukutiket.id juga bukan hanya untuk Denny. Tapi, terbuka juga dengan promotor yang menggelar konser musisi lain.
Bahkan, bisa jadi debut perdana tukutiket.id dapat dimulai sebelum konser UUD dimulai. ’’Kami ingin ini bisa jadi solusi agar industri musik ambyar semakin terlindungi dari praktik-praktik yang merugikan dan para pelaku industri dapat terus berkembang dengan lebih profesional dan berintegritas,’’ tegas Julina. (***)
Reporter : NARENDRA PRASETYA
Editor: YUSUF HIDAYAT