Buka konten ini
DAMASKUS (ANTARA) – Israel meluncurkan serangan udara pada Selasa (25/2) malam ke beberapa wilayah pinggiran Damascus dan provinsi Daara di Syria Selatan.
Sejumlah pesawat tempur Israel menargetkan area Al-Kiswah di Damaskus Selatan dan Izraa di Daara dengan setidaknya sebanyak empat serangan udara, menurut koresponden Anadolu dilansir Antara.
Salah satu serangan dilaporkan mengenai depot di Al-Kiswah, yang menyebabkan kebakaran di lokasi. Kepala pertahanan Israel, Israel Katz mengkonfirmasi serangan tersebut seraya memperingatkan bahwa ”upaya apapun oleh pasukan rezim Syria dan organisasi teroris negara itu untuk membangun diri kembali di wilayah selatan Syria akan mendapatkan balasan.”
Katz mengatakan, ”Angkatan Udara saat ini menyerang Syria selatan sebagai bagian dari kebijakan baru kami untuk membersihkan wilayah tersebut dari senjata.
Pesannya jelas: ”kami tidak akan membiarkan Syria selatan menjadi Lebanon selatan.”
”Kami tidak akan membahayakan keamanan warga negara kami,” tambahnya.
Militer Israel mengatakan target mereka ”termasuk pusat komando dan berbagai tempat penyimpanan senjata,” menurut sebuah pernyataan pada Selasa.
Militer mengklaim bahwa keberadaan peralatan dan aset militer di Syria selatan menimbulkan ancaman bagi warga Israel, dan bersumpah akan beroperasi untuk menyingkirkan ancaman apa pun. Hingga kini, pihak berwenang Syria belum mengeluarkan tanggapan.
Sebelumnya kepala urusan luar negeri Israel Gideon Saar menegaskan kembali pada Senin (24/2) bahwa Syria harus diubah menjadi negara federal dengan daerah otonom.
Selama pertemuan kemitraan Uni Eropa-Israel di Brussels, ia mengatakan ”Syria yang stabil hanya dapat menjadi Suriah federal yang mencakup berbagai daerah otonom dan menghormati berbagai cara hidup,” menurut pernyataan kantor urusan luar negeri Israel.
Pada Minggu (23/2), pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel ”tidak akan mengizinkan tentara Syria yang baru untuk bergerak ke wilayah selatan Damaskus.”
”Kami menuntut demiliterisasi penuh Syria selatan dari pasukan rezim Syria yang baru di provinsi Quneitra, Daraa dan Suweyda,” kata Netanyahu pada konferensi pers di Holon, Distrik Tel Aviv.
Ia mengatakan Israel tidak akan menoleransi segala ancaman terhadap komunitas Druze di Syria selatan.
Setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada Desember, Israel memperluas pendudukannya di Dataran Tinggi Golan Syria dengan merebut zona penyangga demiliterisasi, sebuah tindakan yang melanggar perjanjian pelepasan dengan Syria pada 1974.
Tentara Israel juga mengintensifkan serangan udara yang menargetkan posisi militer Syria di seluruh negeri.
Pergerakan militer Israel baru-baru ini di Dataran Tinggi Golan, yang telah diduduki sejak 1967, telah menuai kecaman dari PBB dan beberapa negara Arab. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : ANDRIANI SUSILAWATI