Buka konten ini

Co-Founder PasaRDana dan Dosen Magister FEB Unika Atma Jaya
TAGAR Kabur Aja Dulu mendapat banyak respons dari masyarakat. Beberapa pejabat merespons tagar tersebut cukup negatif. Ada pejabat yang bilang ”kurang sikap patriotik dan cinta terhadap tanah air”.
Ada yang bilang ”saya malah meragukan Nasionalisme kalian”. Pejabat lain ada yang bilang “mau kabur, kabur aja lah. Kalau perlu jangan balik lagi”. Tapi apakah tagar kabur aja dulu merupakan indikasi masa depan Indonesia Gelap?
Pengalaman penulis di perusahaan, bila sebuah perusahaan menghadapi masalah mulai dari suasana kerja yang tidak enak, atau krisis keuangan maka yang terjadi karyawan terbaik kita akan segera keluar atau kabur.
Biasanya karyawan terbaik yang punya skill, ilmu dan pengalaman dengan mudah mendapatkan pekerjaan baru karena memang pasar tenaga kerja membutuhkan mereka. Dan yang terjadi sisa adalah karyawan loyal dimana sebenarnya karyawan tersebut ingin pindah, tetapi belum mendapatkan tempat kerja baru.
Jadi apakah tagar kabur aja dulu kondisinya sama untuk Indonesia. Apakah Indonesia akan ditinggal orang-orang terbaiknya. Karena sebenarnya tidak semua orang bisa mewujudkan mimpinya kabur dan bekerja di luar negeri. Tunggu dulu, cerita kabur keluar negeri ini akan sangat berbeda untuk sebuah negara.
Pada tataran negara ceritanya sebenarnya beda, bahkan sebenarnya mereka yang kabur keluar negeri ini sebenarnya telah menjadi pahlawan devisa kita. Pahlawan? Ia benar pahlawan, karena begitu besar pengorbanannya untuk bersusah payah mencari pekerjaan keluar negeri.
Seorang anak muda dengan segenggam mimpi ingin memperbaiki kehidupan dan mengangkat martabat keluarga harus rela meninggalkan rumah dan tanah air untuk mengejar mimpinya. Dia datang ke tempat baru yang tentu penuh tantangan untuk menyesuaikan diri.
Belum lagi ada cerita-cerita bos yang galak, kultur yang berbeda dan kisah kriminal yang menimpa pekerja migran. Tetapi menarik bahwa di beberapa negara gaji pekerja kasar lebih tinggi dari staff pekerja kantoran. Dan pekerja kasar di sana jauh lebih dihormati bila dibandingkan di Indonesia.
Nanti setelah mereka bekerja dan mendapatkan gaji, sebagian gaji tersebut dikirim kembali ke keluarga di Indonesia. Hal ini membuat keluarganya di Indonesia, bisa hidup layak menyekolahkan adik-adiknya. Bayangkan berapa besar jasa mereka di keluarga tersebut.
Belanja ini secara agregat nantinya menaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dan jangan lupa ada devisa yang dikirim balik ke Indonesia. Bukankah dia layak disebut pahlawan devisa kita.
Bayangkan ketika tidak ada lapangan kerja yang memadai kebutuhan hidup menghimpin dan keluarga harus di berimakan maka mungkin sekali mereka menjadi kriminal atau sampah masyarakat yang meningkatkan angka kejahatan.
Sebenarnya mereka tidak malas, mereka tidak ingin menjadi penjahat, tetapi ada banyak kendala, mulai dari lapangan kerja yang terbatas, skill dan pengalaman kurang sampai perebutan posisi ketika melamar kerja. Lihat berita viral warung seblak buka lowongan untuk 20 orang yang melamar kerja sampai ratusan orang.
Dari beberapa wawancara yang ada pekerja luar negeri itu sering bilang nanti kalau tabungan sudah cukup mau balik ke Indonesia, mau buka usaha. Artinya mereka sebenarnya mencintai Indonesia dan janganlah kita bilang kalau perlu jangan balik lagi.
Mungkin akan ada yang bilang, ya kalau yang level itu tidak masalah kabur dulu aja, tapi yang masalah anak muda terbaik kita jangan kabur, karena kita butuh SDM untuk menuju Indonesia emas. Kembali kami sampaikan ini juga salah. Belajar dari Tiongkok dimana mereka mengirim anak-anak muda terbaiknya untuk bersekolah di seluruh dunia khususnya Amerika Serikat.
PemerintahTiongkok memberikan beasiswa dan sebagian lagi berjuang sendiri mendapatkan beasiswa dari universitas terbaik di Amerika. Kenapa tidak kuliah di dalam negeri (Tiongkok)? Karena waktu itu 20 – 30 tahun lalu universitasTiongkok masih sangat jauh peringkatnya di dunia, dan mereka tertinggal dalam berbagai aspek keilmuan. Sekolah Top masih didominasi oleh sekolah di AS dan Eropa.
Tetapi setelah mereka lulus, banyak yang masih tetap bekerja di US. Sebagian besar telah berhasil menjadi ahli-ahli di bidang yang digeluti. Apakah ini masalah? Jawabannya tidak.
Ketika Tiongkok berhasil mereformasi negaranya, dimana terjadi kemajuan luar biasa di bidang ekonomi, industrialisasi dan teknologi, maka orang-orang tadi yang judulnya “kabur dulu aja” akan kembali.
Ketika negara butuh pekerja kompeten dengan skill dan pengalaman maka SDM tersebut sudah tersedia dan bisa dikembali dari luar negeri. Ketika sebuah negara telah berhasil membuka lapangan kerja yang cocok dengan kemampuan pekerja, maka akan banyak orang-orang yang sudah “kabur dulu aja” akan kembali dan memberikan kontribusi pada negara.
Bayangkan ahli nuklir bila kembali ke negara asalnya, ternyata tidak ada lapangan kerja yang sesuai ilmunya, maka apa yang dipelajari selama ini tidak punya manfaat sama sekali.
Dan mereka yang kita bilang “kabur” ini adalah SDM yang punya skill dan pengalaman yang akan membawa negara tersebut lebih maju lagi. Akan terjadi transfer teknologi sehingga negara yang tadinya terbelakang akan lebih maju lagi.
Lihat hari ini, Universitas China sudah menguasai 10 besar universitas terbaik di dunia, berkat tenaga pengajar dan para ahli yang telah kembali. Ini adalah berkat investasi mereka di masa lalu.
Belajar dari hal tersebut, tagar “kabur aja dulu” bukanlah masalah bagi Indonesia. Yang perlu dilakukan kita bersama-sama membangun Indonesia, membuka lebih banyak lapangan kerja dan menarik kembali putra putri terbaik Indonesia yang sudah berkarya di luar negeri.
Bahkan sebenarnya negara dan swasta harusnya berperan memberikan lebih banyak beasiswa untuk putra-putri terbaik kita untuk dapat bersekolah di luar negeri. Kami menanti karya teman-teman yang telah berani “Kabur Dulu Aja” dan semoga Indonesia Emas bukan hanya mimpi untuk kalian dapat berkarya di Indonesia. Jadi tagar “Kabur Dulu Aja” bukan berati Indonesia Gelap, tetapi bisa jadi solusi untuk Indonesia Emas 2045. (*)