Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa Polri tidak antikritik. Dia juga merespons positif kritik yang disampaikan band Sukatani melalui lagu-lagunya. Bahkan, Kapolri mengajak band asal Purbalingga itu menjadi duta Polri.
”Nanti kalau band Sukatani berkenan akan kami jadikan juri atau band duta untuk Polri. Tujuannya demi perbaikan terhadap institusi dan juga konsep evaluasi secara berkelanjutan terhadap perilaku oknum Polri yang masih menyimpang,” terangnya, Minggu (23/2).
Dia menegaskan, Polri memiliki komitmen tidak antikritik. Korps Bhayangkara menerima dan terbuka dengan seluruh bentuk saran maupun masukan. ”Ini bagian dari komitmen kami untuk terus berbenah menjadi organisasi yang bisa betul-betul adaptif menerima koreksi dan menjadi organisasi modern yang terus melakukan perubahan sekaligus perbaikan,” tegasnya.
Sigit memastikan tidak pernah melarang ataupun membungkam siapa pun yang menyalurkan kebebasan berekspresi. ”Saya dan institusi Polri sangat terbuka menerima kritik,” tegasnya.
Melanggar Kode Etik Sekolah
Kabar pemecatan Novi Citra Indriyati, vokalis band Sukatani yang juga berprofesi sebagai guru di SD IT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Mutiara Hati, Purwareja Klampok, Banjarnegara, viral di media sosial. Novi yang telah mengajar di sekolah tersebut sejak 2020 diberhentikan pada 6 Februari 2025. Dia dituding melanggar kode etik sekolah.
Dilansir Radar Banyumas (grup Batam Pos), Kepala SD IT Mutiara Hati Eti Endarwati mengungkapkan, kasus itu bermula pada 5 Februari 2025 ketika pihak sekolah mendapatkan informasi keterlibatan Novi dalam sebuah grup band. ’’Setelah kami mencari informasi melalui YouTube, kami kaget melihat tampilan pakaian yang dikenakan Novi yang terbuka auratnya,” ujar Eti Endarwati, kemarin.
Setelah bukti-bukti dikumpulkan, yayasan memutuskan bahwa Novi telah melanggar kode etik yang ditetapkan sekolah. ’’Sehingga dikeluarkan surat pemberhentian pada 6 Februari 2025,” jelasnya. Saat diklarifikasi, Novi mengakui kebenaran bukti tersebut dan menyatakan bahwa dirinya telah memperkirakan konsekuensi yang akan diterimanya.
’’Pemberhentian Novi bukan karena lagunya yang viral, tetapi karena pelanggaran kode etik syariat Islam. Kami adalah sekolah Islam yang memiliki aturan bagi para guru untuk menutup aurat,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Purbalingga Fahmi Muhammad Hanif angkat bicara. Dia memberi tawaran kepada Novi untuk tetap mengajar di Purbalingga. Hal itu diungkapkan bupati melalui unggahan di akun Instagram pribadinya. ’’Saya, Fahmi Muhammad Hanif, selaku bupati Purbalingga, dengan tangan terbuka siap menerima Mbak Novi jika beliau berkenan untuk bergabung mengajar di sekolah di Kabupaten Purbalingga,” tulisnya.
Pada bagian lain, ratusan orang kemarin memenuhi sisi utara Alun-Alun Purbalingga. Mereka menggelar aksi solidaritas terhadap grup band Sukatani. Peserta aksi terdiri atas mahasiswa, seniman, dan elemen masyarakat lainnya. Aksi itu bertajuk #KamiBersamaSukatani.
Balqis, juru bicara aksi, kepada wartawan mengungkapkan, aksi tersebut merupakan bentuk protes karena polisi membungkam kebebasan berekspresi yang diungkapkan band Sukatani. Dia berharap aparat hukum tidak melakukan intimidasi terhadap para seniman dan musisi. ’’Penyampaian aspirasi lewat lirik lagu yang disampaikan grup musik Sukatani merupakan kritik sosial dan wujud kebebasan berekspresi. Jadi, tidak perlu dipaksa untuk meminta maaf,” tegasnya. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : YUSUF HIDAYAT