Buka konten ini
BATAM (BP) – Stok beras yang ada di Bulog Batam diperkirakan tidak akan mencukupi hingga akhir tahun. Ketersediaan beras saat ini hanya mampu bertahan sekitar 3-4 bulan.
Perum Bulog Batam mengungkapkan, stok beras yang tersedia saat ini sebanyak 2.190 ton. Asisten Manajer Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog, Adi Shatria, menjelaskan bahwa pihaknya telah meminta pasokan dari daerah lain untuk memenuhi kebutuhan Batam.
“Kami melakukan pemetaan wilayah untuk menentukan daerah yang termasuk dalam penyerapan beras dan yang tidak. Seperti Batam, Tanjungpinang, dan Karimun bukanlah daerah penghasil beras. Oleh karena itu, kami biasanya meminta pasokan dari daerah penyerapan seperti Jawa, Lampung, dan Sumatra Selatan,” jelasnya, Kamis (20/2).
Jika stok beras di Batam diperkirakan hanya mampu bertahan sekitar satu setengah bulan, Bulog akan segera mengajukan permintaan tambahan dari daerah penyerapan. “Proses pengiriman diperkirakan memakan waktu satu hingga dua minggu,” kata dia.
Adi Shatria mengatakan bahwa pendistribusian dilakukan melalui beberapa jalur, yaitu bantuan pangan bekerja sama dengan Pos Indonesia serta operasi pasar yang dilaksanakan pemerintah daerah (pemda) setempat. Pihaknya juga melibatkan instansi pemerintah dan para pedagang yang telah terdaftar sebagai mitra untuk menyalurkan beras ke masyarakat dengan harga yang telah ditetapkan.
“Kami melibatkan instansi pemerintah dalam pendistribusian, lalu juga melalui para pedagang yang menjadi mitra Bulog. Mereka nantinya akan menyalurkan beras sesuai dengan harga yang telah kami tetapkan,” ujar Adi Shatria.
Sementara itu, penyaluran bantuan pangan kepada masyarakat yang seharusnya dilakukan pada Januari lalu terpaksa ditunda berdasarkan instruksi dari Presiden RI melalui surat dari Bappenas. “Dari sisi program, tidak ada dampak signifikan.
Namun, masyarakat yang menunggu bantuan tentu harus bersabar,” kata Adi.
”Berdasarkan survei kami di lapangan, mereka masih sangat mengharapkan bantuan pangan ini dan terus menanyakan kapan program akan kembali dijalankan. Saat ini, kami hanya bisa menunggu arahan lebih lanjut,” tambahnya.
Menjelang bulan suci Ramadan, harga kebutuhan pokok di Batam mulai menunjukkan tren penurunan setelah mengalami lonjakan pada awal Februari. Sejumlah komoditas seperti cabai, sayur-mayur, dan telur perlahan kembali ke harga normal, meskipun masih ada yang bertahan di angka tinggi.
Berdasarkan pantauan di Pasar Botania I, harga cabai saat ini berkisar antara Rp65 ribu hingga Rp70 ribu per kilogram. Sayuran seperti bayam, kangkung, dan sawi juga mengalami penurunan harga dan kini berada di kisaran Rp18 ribu hingga Rp22 ribu per kilogram.
Sementara itu, harga telur masih cukup tinggi, dengan satu papan dijual seharga Rp52 ribu, lebih mahal dibandingkan harga normal yang biasanya berkisar Rp38 ribu hingga Rp40 ribu per papan.
“Sayur sudah mulai beranjak ke harga normal. Awal bulan ini sempat naik hingga Rp35 ribu sampai Rp38 ribu per kilogram karena pasokan terbatas,” ujar Dewi, pedagang sayur di Pasar Botania I, Kamis (20/2).
Hal senada juga disampaikan pedagang olahan cabai. Mereka mengungkapkan bahwa harga cabai merah kini lebih stabil di angka Rp65 ribu per kg, setelah sebelumnya sempat menyentuh Rp80 ribu per kg.
Namun, harga santan masih bertahan di angka Rp40 ribu per kg, jauh lebih tinggi dibandingkan harga normal yang hanya sekitar Rp22 ribu per kg. Para pedagang berharap pemerintah dapat mengambil langkah konkret untuk menekan harga kebutuhan pokok agar daya beli masyarakat meningkat menjelang bulan suci Ramadan.
“Kami berharap ada solusi dari pemerintah untuk menjaga stabilitas harga di pasaran, karena jika harga terlalu tinggi, daya beli masyarakat me-nurun,” tambah seorang pedagang.
Mendekati Ramadan, kestabilan harga bahan pokok menjadi perhatian utama baik bagi pedagang maupun masyarakat.
Diharapkan pasokan tetap terjaga sehingga harga dapat lebih stabil dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Di pihak lain, Subdit I Indagsi Ditreskrimsus Polda Kepri akan melakukan pengawasan stok pangan dan sembako jelang Ramadan. Dalam kegiatan tersebut, Polda Kepri melibatkan instansi terkait, seperti Disperindag Pemko Batam, untuk mencegah lonjakan harga dan penimbunan sembako.
“Iya, pasti nanti kami jelang bulan puasa akan turun ke sejumlah pasar dan distributor untuk memastikan ketersediaan stok dan harga tidak mengalami kenaikan,” kata Kasubdit Indagsi Ditreskrimsus Polda Kepri, AKBP Ruslaeni, Kamis (20/2).
Ia menyebutkan bahwa saat ini pihaknya masih berkoordinasi dengan Disperindag untuk teknis pelaksanaan pengawasan. Ini dilakukan guna memonitor perkembangan harga kebutuhan pokok saat Ramadan.
“Untuk saat ini masih koordinasi untuk melakukan pengawasan dengan Disperindag,” ujarnya.
Sementara itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) memastikan ketersediaan stok dan kestabilan harga pangan di pasar. Sekretaris Disperindag Batam, Ghufron Roni, menyebutkan bahwa stok bahan pangan saat ini masih mencukupi. Pihaknya juga telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi kenaikan harga, salah satunya dengan mengumpulkan distributor bahan pokok dalam waktu dekat.
“Kami telah mengantisipasi kenaikan harga pangan, makanya dalam waktu dekat ini akan kami kumpulkan distributor. Kami juga telah menyiapkan langkah-langkah yang harus dipersiapkan,” katanya.
Disperindag telah berkoordinasi dengan para distributor bahan pokok di Batam. Meski jumlah distributor mencapai puluhan, hanya perwakilan yang dipanggil untuk berdiskusi terkait langkah pengendalian harga dan stok.
Selain itu, pihaknya rutin turun langsung ke pasar guna memantau perkembangan harga. Hingga saat ini, harga bahan pangan masih dalam kategori stabil, meskipun sebelumnya sempat terjadi kenaikan pada beberapa komoditas seperti cabai dan telur.
Bank Indonesia (BI) perwakilan Kepri terus berupaya mengendalikan inflasi di wilayahnya melalui berbagai strategi. Salah satu langkah utama yang dilakukan adalah memastikan ketersediaan pasokan barang dan stabilisasi harga di pasar.
Kepala BI Kepri, Rony Widijarto, mengedepankan pendekatan dari hulu ke hilir dalam menekan laju inflasi. Salah satu langkah yang ditempuh adalah mendorong gerakan urban farming untuk memperkuat ketahanan pangan masyarakat.
“Melalui operasi pasar dalam jangka menengah, kami akan memprioritaskan di sektor hulu, yakni para petani. Kami juga akan menggalakkan gerakan urban farming agar masyarakat dapat mengantisipasi inflasi,” katanya, Kamis (20/2).
BI Kepri mengimbau masyarakat untuk bijak dalam berbelanja guna menjaga keseimbangan pasokan dan harga. Pembelian dalam jumlah besar sekaligus dapat memicu kenaikan harga yang tidak terkendali.
“Kami mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan pembelian kebutuhan untuk satu bulan penuh sekaligus. Belanja secukupnya akan membantu menjaga stabilitas pasokan di pasaran,” katanya.
Dengan berbagai strategi yang diterapkan, BI Kepri berharap stabilitas harga tetap terjaga selama Ramadan. (*)
Reporter : AZIS MAULANA, ARJUNA
Editor : RYAN AGUNG