Buka konten ini
Bisa mengikuti program pertukaran pelajar, menjadi impian bagi banyak orang, terlebih dibiayai secara penuh. Mendapatkan pengalaman baru, belajar budaya asing, dan bertemu orang-orang keren dari belahan dunia lainnya.
NAHASISWA berprestasi satu ini berasal dari Politeknik Negeri Batam, Jurusan Teknik Elektro, Program Studi Teknik Robotika, semester 6. Adalah Aditya Gading Saputra yang akrab disapa Adit yang saat ini menginjak usia 21 tahun.
”Saya hobi bermain game dan tertarik di bidang teknologi khususnya pemrograman,” ungkap Adit membuka perbincangan dengan Batam Pos, Selasa (18/2).
Kemampuannya di bidang pemrograman, pertama kali ia dapatkan di bangku SMK, yakni di Putra Batam. Disekolah jurusan tersebut ia mengambil jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Kemampuan tersebut, terus ia kembangkan hingga duduk di bangku kuliah.
Ia mengambil Program Studi Teknik Robotika. Di sana Adit tergabung dalam tim robot, bernama Barelang MRT.
”Saya pernah menjadi finalis dalam perlombaan KKCTBN atau Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional di Universitas Indonesia pada tahun 2023,” ungkap Adit.
”Dan pernah memenangkan juara 2 wilayah dan nasional dalam kontes KRBAI atau Kontes Robot Bawah Air Nasional 2023,” imbuhnya.
Adit adalah peraih beasiswa luar negeri, yakni Taiwan Experience Education Program (TEEP). Ia mengaku, sejak menjadi mahasiswa baru, ia sudah tertarik dengan program beasiswa pertukaran pelajar.
Menurutnya, program tersebut dapat memberikan pengalaman yang berharga, baik dalam hal soft skill maupun hard skill. Selain itu, menurutnya, juga mendapat kesempatan untuk bertemu dan bersosialisasi dengan orang yang datang dari berbagai latar belakang.
”Alasan saya mengikuti program ini adalah karena ingin merasakan pengalaman dan tantangan baru, dimana saya harus hidup secara mandiri di negara asing berbekal kemampuan yang saya miliki,” tutur Adit.
Informasi beasiswa, Adit peroleh dari kampusnya. Menurutnya, seleksinya terbilang mudah, karena hanya bermodalkan curriculum vitae dan portofolio, termasuk pembekalan dan juga kehidupan di sana. Kemampuannya berbahasa Inggris semakin memudahkannya dalam hal berkomunikasi sehari-hari.
”Paling yang ribet itu masalah pembuatan visa,” ungkapnya. Durasi program beasiswa ini berlangsung selama empat bulan, dimana setiap bulannya akan diberikan uang saku sebesar 12.000 New Taiwan Dollar (NTD), atau sekitar Rp6 juta. Adit memulai study-nya di Taiwan 15 September 2024, dan selesai pada 15 Januari 2025.
Ia menceritakan pengalamannya selama kuliah di National Chin-Yi University of Technology (NCUT) bahwa di sana mengerjakan proyek bersama Profesor C. Bambang Dwi Kuncoro PhD. Proyek ini membuat alat berbentuk bra, untuk mendeteksi stres dengan mengukur detak jantung, dan beberapa sensor lainnya. Alat tersebut diberi nama Stress Detection for Pregnant Women.
”Sedangkan untuk proses belajar mengajar di kelas tidak diwajibkan, karena tujuan program ini adalah untuk memperkenalkan budaya, lingkungan, serta pendidikan di Taiwan,” bebernya.
Namun demikian, dalam hal makanan, Adit mengaku cukup sulit mendapatkan makanan halal. ”Sering kali saya hanya makan sayuran dan jamur,” ungkapnya.
Di sana, Adit tidak hanya mengandalkan bahasa Inggris, tetapi juga menggunakan bahasa Mandarin walaupun hanya dasarnya, setidaknya untuk membeli makanan.
Tak berhenti sampai di situ, Adit juga dibuat terkesima dengan luas universitas tempat ia menjalani program, beberapa tempat seperti track hiking dan pos militer, berada tidak jauh dari universitas tersebut, hal itu yang membuat berbeda dari kebanyakan universitas di Indonesia. Dan untuk proses belajar mengajar, di sana memiliki tujuan untuk menghasilkan jurnal maupun paper penelitian.
”Untuk budaya di Taiwan di sana ada sedikit kebebasan dalam berbusana, seperti tidak terlalu formal dan boleh menggunakan sandal, juga boleh makan di dalam kelas,” ungkapnya.
Selain dari lingkungan kampusnya, menurut Adit, Taiwan bisa dipertimbangkan sebagai tempat mencari ilmu, karena biaya hidup yang tidak terlalu tinggi dan banyak kesempatan beasiswa. Sedangkan untuk destinasi wisata, Taiwan merupakan tempat terbaik untuk dikunjungi, karena memiliki destinasi alam maupun kota yang sangat bagus.
Adit juga memberikan tips untuk para mahasiswa yang ingin merasakan serunya menjalani pertukaran pelajar. Ia menganjurkan untuk bereksplorasi, dan mau menjadi orang yang penasaran dalam hal kecil ataupun besar.
”Terkadang, rasa ingin tahu bisa membawa kita satu tingkat lebih tinggi dalam pemahaman atau pengalaman dalam banyak hal,” ujarnya di akhir perbincangan. (***)
Reporter: TIA CAHYA NURANI
Editor : RYAN AGUNG