Buka konten ini
Deretan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota (Pemko) Batam berbaris rapi, menghadiri silaturahmi Wali Kota Batam, Muhammad Rudi, sebelum tongkat estafet kepemimpinan beralih ke tangan Amsakar Achmad. Senin (17/2) menjadi panggung perpisahan yang penuh makna bagi keduanya.
WALI Kota Batam, Muhammad Rudi, mengungkapkan rencananya setelah tidak lagi menjabat. Dia akan fokus beribadah dan menjalani kehidupan yang lebih tenang setelah masa kepemimpinannya berakhir.
Meski demikian, ia menyebut telah merancang kehidupan setelah pensiun dari dunia pemerintahan. ”Setelah ini mau ke mana? Ya, tanyalah sama rumput yang bergoyang,” katanya, sembari bercanda.
Rudi menyebut masjid akan menjadi tempat utama baginya untuk menghabiskan waktu. ”Masjid sudah ada, umur pun sudah banyak, ya saya di masjid saja lah. Istirahat,” katanya.
Selain fokus beribadah, ia juga berencana tetap aktif dengan menjalankan usaha kecil-kecilan. Menurutnya, aktivitas usaha ini cukup untuk menopang kehidupan sehari-hari.
Dia menegaskan tidak akan lagi terlibat langsung dalam Pemerintahan Kota Batam. Rudi menyerahkan sepenuhnya kepemimpinan kepada Amsakar Achmad dan Li Claudia Chandra.
”Intinya, pemerintah sudah saya lepas sepenuhnya ke Pak Amsakar dan Bu Li Claudia. Kalau dibutuhkan, ya saya bantu. Kalau tidak, saya tidak akan masuk ke ranah itu,” katanya.
Keputusan ini diambilnya dengan penuh kesadaran, mengingat usianya yang semakin bertambah. Saat ini, ibadah menjadi prioritas utama dalam hidupnya.
Meskipun demikian, ia tetap ingin memiliki kegiatan lain agar tetap produktif. Usaha yang dimilikinya akan terus berjalan, meski dalam skala kecil.
”Usaha saya masih ada. Meskipun kecil-kecilan, saya kira untuk kehidupan sehari-hari cukup lah,” ujar Rudi.
Rudi telah memimpin Batam selama dua periode dan berkontribusi besar terhadap pembangunan kota. Keputusannya untuk lebih fokus pada ibadah dan usaha pribadi menandai babak baru dalam kehidupannya.
Ke depan, ia berharap Batam tetap berkembang di bawah kepemimpinan yang baru. Ia pun siap membantu Amsakar dan Li Claudia jika dibutuhkan.
Sementara itu, Amsakar menanggapi pernyataan Rudi dengan penuh hormat. Ia belum sepenuhnya menjabat dan memilih mengikuti jejak Rudi lebih dulu selama masa peralihan ini.
”Sampai pada masanya nanti, saya akan menyampaikan pesan kepada beliau,” katanya, tersenyum.
Komunikasi di antara mereka pun tetap terjalin. Melalui telepon, mereka kerap berbagi pandangan. Jika ada hal yang dirasa tidak sejalan dengan pemikiran Rudi, maka saran dan masukan selalu terbuka. Selama kebersamaan yang telah terjalin lama, mereka memahami bagaimana memberi saran dan kritik dengan penuh kebijaksanaan.
”Intinya, hubungan yang sudah kami bangun selama dua periode ini, bahkan lebih dari 14 tahun, tetap terjaga,” ujar Amsakar.
Ia mengibaratkan perjalanan mereka sebagai keseimbangan yang saling melengkapi.
”Pak Wali (Rudi) pada tataran eksekusi, sementara saya yang mencari jalan dalam pembicaraan di pemerintahan. Kami saling melengkapi,” lanjutnya.
Bagi Amsakar, kekuatan dan ketegasan Rudi menjadi pembelajaran berharga, bukan hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi seluruh jajaran pemerintahan. Dalam segala dinamika kepemimpinan, strategi eksekusi yang lembut dan baik menjadi kunci keberhasilan. (***)
Reporter: Arjuna
Editor : RYAN AGUNG