Buka konten ini
BOGOR (BP) – Perayaan puncak HUT ke-17 Partai Gerindra berlangsung semarak, Sabtu (15/2) lalu. Kehadiran Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebagai presiden membuat momen tersebut dihadiri banyak tokoh.
Selain jajaran ketua umum partai Koalisi Indonesia Maju (KIM), hadir juga mantan presiden Joko Widodo serta mantan wakil presiden Try Sutrisno dan Jusuf Kalla. Dari PDIP, tampak Ketua DPP Said Abdullah dan Bendahara Partai Olly Dondokambey.
Meski pemerintahan baru berlangsung tiga bulan, nuansa menjelang Pemilu 2029 mulai terasa di perayaan tersebut. Itu menyusul hasil kongres luar biasa (KLB) Partai Gerindra yang menghasilkan keputusan mencalonkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden periode kedua pada 2029.
Dalam pidato politiknya, Prabowo mengatakan bahwa proses KLB berlangsung alamiah. Pada mulanya, Gerindra hanya ingin menggelar rapat pimpinan nasional (rapimnas) di kediamannya, Kamis (13/2) lalu.
Namun, dinamika bergeser mengingat kongres juga digelar tahun ini. Karena itu, muncul gagasan melanjutkan rapimnas dengan KLB. ”Dengan asas penghematan, akhirnya dijadikan satu,” ujarnya.
Terkait keinginan kader agar dirinya kembali maju pada Pilpres 2029, Prabowo menyadari hal itu terlalu dini. Sebab, usia pemerintahannya baru sekitar tiga bulan.
Namun, Prabowo menghargai keinginan jajarannya tersebut. Hanya, Prabowo mensyaratkan para kader dan semua pihak yang membantunya untuk sama-sama menyukseskan program pemerintahan terlebih dahulu.
Kesuksesan program, lanjut dia, akan menentukan sikapnya dalam pencalonan. ”Saya kalau mengecewakan rakyat, saya malu untuk nyalon lagi,” imbuhnya.
Sebab, sejak kecil, impiannya adalah ingin Indonesia menjadi negara hebat, bukan semata-mata menjadi presiden.
Sementara itu, sejumlah partai KIM mengisyaratkan untuk setia mendukung Prabowo. Ketua Umum Partai Golkar Bahlil Lahadalia menilai Gerindra menjadi partai yang cukup sukses. Dalam usia 17 tahun sudah mampu menghantarkan ketua umum sebagai presiden. Bahlil juga siap memberi kado spesial berupa dukungan politik sampai akhir. ”Sampai 2029. Bila perlu lanjut lagi,” ujarnya.
Jika Prabowo kembali maju, Bahlil menegaskan Golkar siap bersama. Apalagi, munas Golkar sudah memutuskan untuk bersama presiden dan partai koalisi mengawal serta menyukseskan pemerintahan Presiden Prabowo.
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) juga terbuka untuk melanjutkan dukungan. Dia menyadari pembangunan membutuhkan kerja sama dan keberlanjutan. ”Ini memerlukan kerja sama yang kokoh,” kata AHY.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh menilai gagasan melanjutkan koalisi perlu dikaji. Baginya, opsi itu sangat mungkin dilakukan.
”Ya, kita akan bawa kepada tim khusus untuk melakukan pengkajian yang terbaik. Tetapi, pada dasarnya itu hal-hal yang baik,” imbuhnya.
Namun, Paloh menyadari, dalam politik tidak ada istilah permanen. Pada akhirnya, tetap akan ada batasan.
Misalnya, dua kali, tiga kali, atau bahkan empat kali pemilu. Sementara itu, Ketua DPP PDIP Said Abdullah me-ngatakan bahwa kedatangannya untuk menyampaikan pesan Megawati kepada Gerindra.
PDIP mendoakan kepemimpinan Prabowo lima tahun ke depan sukses. ”Doakan kita bersama akan secepatnya pertemuan kedua beliau ini,” ujarnya.
Said menjelaskan, PDIP tidak harus masuk koalisi pemerintah. Dalam perjuangan, yang penting adalah memiliki visi dan orientasi kerakyatan sama.
PDIP juga menghormati hasil KLB Gerindra yang kembali mendorong Prabowo maju pilpres. Baginya, itu memang wajib dilakukan partai untuk melanjutkan periode kepemimpinannya.
”Menurut hemat saya, sesuatu yang nyata, realistis, dan harus dilakukan oleh Partai Gerindra,” ungkapnya.
Wacana koalisi permanen yang digaungkan partai KIM, bagi PDIP, merupakan sikap yang harus dihargai.
Sebab, itu bagian dari hak otonomi partai. Said menegaskan, PDIP pasti akan punya sikap nanti. ”PDI Perjuangan punya sikap. Kami akan berkoalisi dengan rakyat, kami akan berkoalisi yang orientasi kelihatan sama. Tentu kami dengan Gerindra dalam hal ini sama,” kata Said.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis Agung Baskoro menuturkan bahwa isu koalisi permanen masih wacana.
Saat ini dikaji sejumlah partai seperti PKB, PKS, dan lain-lain. ”Langkah ini tampak untuk memastikan KIM siap pada 2029. Namun, secara etis ini mengagetkan. Kita berpikir pemerintahan ini baru terbentuk, koalisi permanen rasanya kurang pas secara publik,” ujarnya.
Tapi, konsolidasi semacam ini membuat Gerindra lebih baik secara partai. Namun, ini juga tampaknya menjadi respons atas dinamisnya persaingan menjadi Wapres pada 2029.
”Untuk capres, semua sepakat (mendukung) Pak Prabowo. Untuk cawapres ini yang masih dinamis, siapa pun bisa dampingi Prabowo. Itulah dinamika untuk posisi wapres. Kalau presiden sangat aman, gak ada yang ganggu gugat,” terangnya. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO