Buka konten ini
JALUR GAZA (BP) – Pagi ini pukul 10.00 waktu Gaza atau 15.00 WIB, kalau Hamas tak jadi membebaskan tiga sandera, Israel dan AS akan membumihanguskan lagi Gaza. KTT Arab pekan depan bakal mengapungkan lagi inisiatif pemulihan hubungan dengan Israel dibarter pengakuan terhadap Palestina.
”Tak ada yang menginginkan perang terjadi lagi,” kata Imad Qoudaih yang tinggal di Khan Younis, Jalur Gaza.
”Kami memohon kepada Hamas dan Israel, kami sudah lelah dengan perang,” kata Salman Mahmoud Abed yang terusir dari Gaza Timur.
”Sudahi tragedi ini, sudahi kekerasan ini,” ujar Ali Ismail Royshid yang berkali-kali harus berpindah tempat pe-ngungsian.
Hamas, barangkali, mendengar suara orang-orang itu yang disampaikan kepada BBC. Karena itu, mereka melunak dan akan membebaskan tiga sandera Israel hari ini sesuai jadwal dalam kesepakatan gencatan senjata.
Keputusan tersebut bakal menghindarkan Gaza dari ancaman pembumihangusan oleh Israel dengan didukung Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah menetapkan tenggat: kalau sandera tak dibebaskan pagi ini pukul 10.00 waktu Gaza (15.00 WIB), Gaza bakal dibombardir lagi.
Hamas sebenarnya punya alasan mengapa mereka sempat menunda pembebasan sandera yang membuat berang Trump dan Netanyahu. Sebab, Israel memang berkali-kali melanggar kesepakatan gencatan yang dimulai 19 Januari lalu. Di antaranya, menewaskan sedikitnya 92 warga Palestina serta membatasi jumlah truk pembawa bantuan kemanusiaan.
Tapi, demi kemanusiaan, Hamas akhirnya melunak. Juru Bicara Hamas Abdul Latif Al Qanoua menyatakan, pihaknya akan membebaskan tiga tawanan sesuai kesepakatan pada hari ini jika Israel juga mematuhi ketentuan gencatan senjata.
”Pendudukan (Israel, red) telah melanggar perjanjian beberapa kali, baik dengan mencegah kembalinya orang-orang yang mengungsi maupun menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan,” katanya kepada kantor berita Anadolu.
Sumber Palestina yang dikutip kantor berita AFP menyebutkan, para mediator telah memperoleh kepastian dari Israel. Negeri Zionis itu berjanji memberlakukan protokol kemanusiaan mulai pagi ini (15/2). Alat-alat berat konstruksi diizinkan memasuki wilayah yang hancur akibat serangan Israel sejak 7 Oktober tahun lalu.
Dikutip dari The Guardian, Juru Bicara Militer Israel David Mencer mengonfirmasi bahwa tuntutan Israel adalah tiga sandera dibebaskan di hari ini. ”Ada kerangka kerja untuk pembebasan sandera kami. Kerangka kerja itu menjelaskan bahwa tiga sandera yang masih hidup harus dibebaskan teroris Hamas pada Sabtu,” ungkapnya.
Pernyataan itu mengakhiri kebingungan selama tiga hari terakhir menyusul tuntutan Trump bahwa Hamas harus membebaskan semua sandera. Netanyahu yang menguatkan ancaman Trump itu juga tidak secara jelas menyampaikan berapa sandera yang diminta dilepaskan.
Diperkirakan, jumlah sandera Israel yang masih ditahan Hamas saat ini sekitar 76 orang. Kesepakatan gencatan, sesuai yang disetujui kedua pihak, akan berlangsung dalam tiga tahap.
Di tahap pertama yang berlangsung enam pekan, 33 sandera Israel akan dibebaskan, ditukar dengan 1.900 tahanan Palestina. Sejauh ini, Hamas telah membebaskan 16 sandera Israel dan lima sandera Thailand.
Sementara itu, Israel telah membebaskan sekitar 730 tahanan Palestina. Pasukan mereka juga sudah mundur ke pinggiran Jalur Gaza.
Tahap kedua, sisa sandera akan dibebaskan dan Israel menarik semua pasukan dari Gaza. Tahap ketiga akan dijalankan setelah semua sandera telah dibebaskan Hamas dan semua pasukan Israel sudah ditarik.
”Jika Hamas melanggar perjanjian ini dan tidak membebaskan sandera kami, gencatan senjata akan berakhir dan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) akan melanjutkan pertempuran sengit hingga kekalahan terakhir Hamas,” paparnya.
Negosiasi mengenai pelak-sanaan fase kedua seharusnya dimulai pekan lalu. Namun, sejauh ini Netanyahu belum memberikan wewenang kepada negosiatornya untuk membahas fase tersebut.
Di sisi lain, rencana Trump mengambil alih Gaza dan memindahkan 2,3 juta penduduknya didukung Israel, tapi ditentang banyak negara lain, termasuk para sekutu AS. Tiongkok juga sudah menegaskan, Gaza milik warga Palestina.
Mesir dan Yordania yang diplot sebagai negara penampung warga Gaza juga telah menolak rencana tersebut. Rencana Trump itu justru dianggap menghancurkan solusi dua negara yang selama ini disua-rakan Gedung Putih dan mendapat dukungan luas.
Pekan depan, Mesir akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Arab. Lewat ajang tersebut, rencananya negara-negara Arab akan mengapungkan kembali inisiatif perdamaian Arab yang kali pertama disampaikan pada 2002.
Inisiatif itu berupa pemulihan hubungan semua negara Arab dengan Israel. Imbalannya, pengakuan Israel terhadap negara Palestina serta penarikan pasukan mereka dari teritori yang mereka duduki sejak 1967. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor: RYAN AGUNG