Buka konten ini
TANJUNGPINANG (BP) – Penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) kepada warga Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, dihentikan sementara sejak 7 Februari 2025.
Kebijakan ini merupakan instruksi langsung dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) RI.
Penghentian distribusi beras medium ini bertujuan agar Bulog dapat fokus menyerap hasil panen raya petani. Diharapkan, hingga 30 April mendatang, Bulog dapat mengumpulkan tiga juta ton beras.
Selain itu, kebijakan ini diklaim dapat membantu menstabilkan harga gabah kering di tingkat petani, sehingga mereka dapat memperoleh harga terbaik selama panen raya.
”Saat ini, Bulog tengah fokus menjalankan tugas pemerintah untuk pengadaan beras dalam negeri demi mewujudkan program swasembada pangan,” ujar Kepala Cabang Bulog Tanjungpinang, Arief Alhadihaq, Rabu (12/2).
Saat ini, Gudang Bulog Tanjungpinang memiliki stok beras SPHP sebanyak 1.400 ton. Namun, ribuan ton beras tersebut belum dapat disalurkan hingga ada instruksi lebih lanjut dari Bapanas mengenai peruntukannya.
Sementara itu, beras SPHP yang telah beredar di pasaran sebelum 7 Februari 2025 masih dapat dijual kepada masyarakat.
”Stok beras SPHP di pasaran masih ada karena sudah kami salurkan sebelum tanggal tersebut,” tambahnya.
Menurut Arief, penghentian penyaluran beras SPHP ini berpotensi berdampak pada masyarakat, terutama menjelang bulan Ramadan 2025.
Beras SPHP dikenal sebagai beras murah dan berkualitas yang banyak diminati warga.
Dalam sebulan, serapan beras SPHP di wilayah kerja Bulog Tanjungpinang mencapai 400 ton. Dampak dari penghentian penyaluran ini diperkirakan akan mulai terasa dalam satu hingga dua pekan ke depan.
”Saat ini dampaknya belum terlalu terasa. Namun, dalam beberapa minggu ke depan, kita akan melihat apakah hal ini berpengaruh terhadap inflasi atau tidak. Pemerintah tentu akan melakukan evaluasi,” pungkasnya. (*)
Reporter : MOHAMAD ISMAIL
Editor : ANDRIANI SUSILAWATI