Buka konten ini
Kanker hati merupakan salah satu penyakit mematikan yang sering kali terlambat dideteksi.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Awal Bros Batam, dr. Arif Koswandi, Sp.PD-KGEH menjelaskan berbagai aspek kanker hati, mulai dari faktor risiko, diagnosis, hingga pengobatannya.

Apa itu Kanker Hati?
Menurut dr Arif, kanker hati adalah tumor ganas yang berkembang di organ hati. “Kita tahu bahwa tumor ada yang jinak dan ada yang ganas. Semua benjolan di tubuh disebut tumor, tetapi jika bersifat ganas, kita menyebutnya kanker. Kanker hati umumnya merujuk pada karsinoma hepatoseluler atau hepatocellular carcinoma (HCC), yang menyumbang sekitar 90 persen kasus,” jelasnya, Kamis (6/2).
Jenis lain dari kanker hati adalah kolangiokarsinoma, meskipun jumlahnya lebih sedikit, sekitar 5-7 persen dari total kasus.
Faktor Risiko Kanker Hati
Dokter Arif menekankan bahwa penyebab pasti kanker hati belum diketahui, namun terdapat beberapa faktor risiko utama. “Di Indonesia, sekitar 50-60 persen kasus kanker hati berkaitan dengan virus hepatitis B, sementara 10-15 persen disebabkan oleh virus hepatitis C. Selain itu, perlemakan hati (fatty liver), yang banyak terjadi pada penderita obesitas, diabetes, dan kolesterol tinggi, juga menjadi faktor risiko utama,” ungkapnya.
Prevalensi Kanker Hati di Indonesia dan Batam
Kanker hati lebih banyak menyerang laki-laki dengan perbandingan 5:1 dibandingkan perempuan. “Kanker hati menempati urutan keempat sebagai jenis kanker paling umum pada laki-laki, setelah kanker paru-paru, kanker prostat, dan kanker kolorektal,” katanya.
Di Batam sendiri, kasus kanker hati memiliki pola yang sama dengan kota-kota besar lainnya di Indonesia. “Sebagian besar kasus disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B dan C, serta perlemakan hati akibat gaya hidup tidak sehat,” tambahnya.
Usia Rentan dan Cara Diagnosis
Dokter Arif menjelaskan bahwa kanker hati umumnya menyerang individu berusia 40-50 tahun. Banyak kasus di Indonesia disebabkan oleh penularan virus hepatitis B secara vertikal dari ibu ke bayi. Namun, dengan adanya program vaksinasi hepatitis B, angka kejadian mulai menurun.
Diagnosis kanker hati dapat dilakukan melalui beberapa metode, antara lain:
– USG hati, yang cukup sensitif untuk deteksi dini.
– Pemeriksaan darah, seperti AFP (alpha-fetoprotein) dan PIVKA-II, yang dapat mengidentifikasi keberadaan tumor.
– CT scan atau MRI, untuk memastikan diagnosis jika ditemukan indikasi awal.
Pengobatan Kanker Hati
Pengobatan kanker hati sangat bergantung pada stadium penyakit saat didiagnosis. “Jika ditemukan pada tahap awal, pengobatan yang paling ideal adalah reseksi (operasi) atau ablasi (pembakaran tumor). Namun, jika sudah memasuki stadium lanjut, pengobatan bersifat paliatif, yakni untuk memperpanjang masa hidup dan mengurangi gejala,” jelas Arif.
Pencegahan Kanker Hati
Pencegahan terbaik kanker hati adalah dengan menghindari faktor risiko utama. “Vaksinasi hepatitis B sangat penting, terutama bagi bayi baru lahir. Selain itu, menjaga pola hidup sehat dengan meng-hindari konsumsi alkohol, menerapkan pola makan seimbang, serta rutin berolahraga dapat membantu mengurangi risiko kanker hati,” jelas dia.
Ia juga menambahkan bahwa bagi mereka yang sudah terinfeksi hepatitis B atau C, pemeriksaan rutin dan pengobatan yang tepat dapat mencegah perkembangan menjadi kanker hati.
Dengan meningkatnya kesadaran akan deteksi dini dan pencegahan, diharapkan kasus kanker hati dapat ditekan. “Semoga informasi ini bermanfaat bagi masyarakat,” tutup dr Arif. (***)
Reporter : YUSUF HIDAYAT
Editor : MUHAMMAD NUR