Buka konten ini
Di tepi Jalan Ir Sutami, Patam Lestari, Tiban, tumpukan sampah seperti monumen. Ia bukan sekadar kumpulan plastik, kertas, dan sisa makanan, tetapi cerminan kebiasaan yang sulit diubah.
Di pinggir jalan menuju Kaveling Baru, Sagulung, pemandangan yang sama juga terus berulang. Tumpukan sampah berserakan, mengeluarkan bau menyengat yang menusuk hidung setiap pengendara yang melintas. Plastik, sisa makanan, dan limbah rumah tangga menciptakan lanskap kumuh di tepi jalan yang seharusnya bersih.
Padahal, di sana sudah terpampang jelas sebuah spanduk besar bertuliskan larangan membuang sampah. Namun, seolah menjadi dekorasi semata, spanduk itu tak mampu menghentikan tangan-tangan tak bertanggung jawab yang terus membuang sampah di lokasi tersebut.
”Sudah diangkut kemarin oleh petugas, tapi tetap saja ada yang membuang sampah di sini,” kata warga Sagulung, Ricky Malau, Sabtu (8/2).
Berkali-kali Dinas Lingkungan Hidup (DLH) turun tangan, membersihkan, merapikan, hingga tak bersisa. Namun, esok atau lusanya, timbunan itu kembali muncul, seolah punya akar yang menancap kuat di bumi. Seperti siklus yang tak berujung, masalah ini terus berulang tanpa ada penyelesaian yang benar-benar tuntas.
DLH mencatat ada sekitar 50 TPS liar di Batam. Jumlah yang bisa bertambah dan berkurang dalam hitungan hari, seiring permainan kucing-kucingan antara warga yang membuang sampah sembarangan dan petugas yang berusaha menertibkan. Ironisnya, keberadaan TPS liar ini justru menghambat tugas utama petugas kebersihan mengangkut sampah dari rumah-rumah warga.
Persoalan sampah di Batam bukan sekadar soal pembersihan, tetapi kesadaran. Setiap kali tumpukan itu hilang, seolah ada tangan-tangan tak terlihat yang dengan cepat mengembalikannya. Hingga kapan perang melawan sampah ini akan berakhir? Mungkin, jawabannya ada pada perubahan perilaku, bukan sekadar penyapuan dan pengangkutan.
”Saling sadar dan melengkapi. Penanganan sampah ini harus bersatu, tidak bisa sendiri-sendiri,” kata Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, Eka Surianto kepada Batam Pos, Sabtu (8/2).
Eka mengatakan, permasalahan sampah sangat kompleks. Meskipun begitu, DLH terus berupaya menangani permasalah sampah di Batam, termasuk Tempat Pembuangan Sementara (TPS) liar yang berada di tepi jalan.
“Kami tidak bisa hanya menyalahkan masyarakat, karena permasalahan sampah ini sangat kompleks. Kami tetap berupaya meminimalisir dengan berbagai langkah,” kata Eka.
Pengurangan dan tertib membuang sampah, bukan hanya tugas pemerintah. Eka mengatakan, betapa pentingnya kesadaran masyarakat dalam membuang sampah di tempatnya.
Demi meningkatkan performa DLH dalam penanganan sampah, Eka menyebut, akhir Februari atau awal Maret, akan datang sebanyak 16 unit armada baru untuk penanganan sampah di Batam.
”14 amroll dan 2 dump truck,” sebut Eka.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Batam, Jefridin, mengatakan, pengelolaan sampah harus dilakukan secara komprehensif dan terencana. Menurutnya, pengelolaan sampah akan difokuskan pada dua aspek utama, yakni di hulu dengan membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) dan di hilir melalui keterlibatan pihak ketiga atau swasta.
”Kami sedang menyusun konsep pengelolaan yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat. Ini bukan hanya tugas DLH, tetapi tanggung jawab kita semua,” ujar Jefridin.
Ia meminta DLH untuk menyusun kebutuhan anggaran secara detail, termasuk sarana prasarana, tenaga kerja, dan operasional UPT agar pengelolaan sampah dapat berjalan lebih efektif di masa mendatang.
Perlu Edukasi Masif
Problem sampah ini, bukan salah satu atau dua orang saja. Pendiri Akar Bhumi Indonesia, Hendrik Hermawan, mengatakan, pemerintah kurang serius menangani problem sampah di Batam. Tentunya problem ini tidak melulu mengenai penangan sampah di hulu, tapi hilirnya juga perlu diperbaiki.
Hendrik mengatakan, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, adalah problem di hilir yang perlu diperbaiki. Pemerintah, kata Hendrik, harus segera mengurusi permasalahan ini.
Edukasi masif, menjadi salah satu kunci. Problem sampah ini, perlu campur tangan pihak lainnya. ”Kita tidak bisa terus-menerus menyalahkan pemerintah, tetapi media juga harus berperan dalam memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat,” ujarnya.
Hendrik mengamini perkataan Kabid Persampahan DLH Batam, Eka. Dia mengatakan, sampah bukan persoalan yang bisa dituntaskan oleh pemerintah sendiri. ”Berbagai instrumen perlu bergerak dan serius menangani permasalahan ini,” tuturnya.
Pria yang murah senyum ini, berharap banyak dengan pemerintahan yang baru. Akar Bhumi berharap ada penanganan serius dalam permasalahan sampah. (***)
Reporter : AZIZ MAULANA
Editor : FISKA JUANDA