
Tak lengkap rasanya bersantai hanya ditemani secangkir kopi atau teh hangat. Renyahnya keripik pisang bisa menjadi pilihan tepat untuk menemani waktu santai.
Farida Rahayu, 54, seorang ibu tunggal dari empat anak, mengisahkan perjalanannya dalam menghidupi keluarga. Sebelum merintis usaha makanan ringan, Farida sempat bekerja di perusahaan pemasok ban truk dan mencoba berbagai macam usaha lainnya. Namun, jalan hidup akhirnya membawanya ke bisnis keripik pisang.
”Kebutuhan hidup ternyata tidak mencukupi dari hasil kerja. Saya berpikir keras untuk menambah penghasilan,” ungkap Farida.
Farida bercerita, ia tinggal di lingkungan di mana masyarakatnya sibuk bekerja dan jarang sempat memasak. Melihat peluang tersebut, ia memutuskan untuk memulai usaha makanan ringan sebagai teman ngopi dan bersantai.
”Saya sudah coba berbagai macam usaha dan ternyata pilihan saya jatuh pada makanan ringan. Saya memilih membuat keripik pisang karena anak-anak saya juga suka,” ujar Farida.
Usaha ini dimulai pada 2017, meski sempat terhenti akibat pandemi Covid-19. Farida menamai produk keripik pisangnya ”4 Brothers,” terinspirasi dari keempat anaknya.
”Nama itu juga tentang kekerabatan. Artinya, keripik pisang ini dipersembahkan untuk saudara-saudara semua,” imbuhnya.
Farida menjelaskan bahwa usaha keripik pisangnya berada di bawah PT Kijang Kencana Nusantara, perusahaan yang juga ia dirikan. Tujuan Farida mendirikan PT tersebut adalah untuk meningkatkan perekonomian usaha kecil yang bergabung dengannya, sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan tetap.
Farida menggunakan pisang kepok Kalimantan sebagai bahan utama, yang ia peroleh dari pemasok lokal di Batam. Beberapa varian rasa yang dijual antara lain original, manis, pedas, gurih, serta rasa eksotis seperti kayu manis dan vanila. ”Dalam satu minggu, bisa menghabiskan 50-100 kg pisang. Peminat paling banyak suka dengan rasa original,” beber Farida.
Saat ini, Farida hanya fokus menjual keripik pisang. Harga untuk 200 gram rasa original dibanderol Rp35.000, sedangkan varian lain seperti rasa milo dijual seharga Rp45.000. Farida mengaku, pesanan biasanya meningkat saat momen hari raya, akhir pekan, dan tahun baru.
”Orderan paling banyak saat ini sekitar 50 kg per dua minggu. Tapi saya juga menjual secara maklon atau beli lepas, tidak memakai brand saya,” jelas Farida.
Meski belum memiliki toko fisik, Farida memproduksi keripik pisangnya di rumah, yang berlokasi di Perumahan Puri Asri, Blok C1 No. 11, Batu Besar, Nongsa. Ia dibantu oleh dua orang karyawan harian lepas, dan sebagian besar pembeli memesan melalui WhatsApp dan email.
”Omzet sekitar Rp15 juta per bulan,” ungkapnya.
Ke depan, Farida menargetkan untuk memasarkan produknya ke luar Batam dan berharap usahanya bisa menembus pasar internasional. (***)
Reporter : TIA CAHYA NURANI
Editor : MUHAMMAD NUR