Buka konten ini

Memulai sesuatu memang tidak selalu mudah. Terkadang, keadaan memaksa kita untuk melangkah dengan penuh tantangan. Begitulah yang dialami oleh Lilis Sugiarti (40), atau yang akrab disapa Teh Lilis. Dengan tekad kuat, ia memilih bertahan meski banyak rintangan menghadang.
Lilis mengisahkan perjalanan usahanya yang dimulai sejak Desember 2019. Awalnya, ia terjun ke dunia kuliner karena keadaan. Suaminya kehilangan pekerjaan, dan ia mendapat tawaran dari seorang teman untuk menggantikan berjualan sementara.
”Awalnya terpaksa, karena suami sudah tidak bekerja, dan kebetulan dapat tawaran kerjaan dari teman,” ujar Lilis.
Mulanya, usaha yang ia jalani hanya menjual seblak. Namun, Lilis memutuskan untuk mengganti menu dengan masakan khas Sunda dan menamai usahanya ”Warung Sunda Teteh Lilis.” Warungnya bertahan selama dua tahun di Ruko Daia Center sebelum pindah ke Bidjeh Kopi, dekat SP Batu Aji. Di tempat baru inilah lahir menu andalannya, ayam presto.
”Karena saya orang Sunda, makanya saya buat menu masakan Sunda,” katanya.
Namun, perjalanan di Bidjeh Kopi hanya bertahan dua tahun. Lilis tak sanggup melanjutkan usaha karena biaya sewa yang tinggi. Ia kemudian pindah ke Genta Pos, tetapi hanya bertahan tiga bulan karena persaingan harga dengan rumah makan Padang.
Selama beberapa bulan, Lilis berjualan dari rumah sembari mencari peluang. Ia sempat membuka usaha di SMPN 21 di Rindang Garden selama satu bulan dan di Mutiara Biru selama tiga bulan sebelum kembali ke rumah.
”Akhirnya saya memutuskan untuk kembali berjualan dari rumah karena banyak juga yang order secara online,” ungkapnya.
Lilis menamai usahanya ”Ayam Presto Aghniya 84.” Nama tersebut memiliki makna mendalam. ”Aghniya” berarti kaya raya, sementara angka 84 merujuk pada Surat Al-Anfal ayat 4 dalam Al-Qur’an, yang berisi doa untuk mendapatkan rezeki mulia dan derajat tinggi di sisi Tuhan.
”Saya berharap dari usaha ini memperoleh kekayaan agar bisa zakat Rp50 juta setiap bulan dan diberi derajat tinggi di dunia maupun akhirat,” harapnya.
Beberapa menu andalan yang ia tawarkan, antara lain: Ayam presto ready to eat (Rp18.000), frozen isi 2 (Rp30.000), dan isi 4 (Rp50.000) lengkap dengan sambal dan serundeng.
Bebek presto ready to eat (Rp33.000) dan frozen (Rp30.000). Ikan bandeng presto ready to eat (Rp20.000) dan frozen (Rp15.000). Seblak ready to eat (Rp20.000) dan frozen (Rp15.000). Cireng isi 5 (Rp12.000) dan frozen isi 10 (Rp20.000). Pangsit daging sapi isi 4 pcs (Rp15.000) dan frozen isi 8 pcs (Rp25.000).
”Menu yang paling best seller itu ayam presto dan ikan bandeng presto,” ungkapnya.
Saat ini, Lilis berjualan dari rumahnya di Perumahan Taman Teratai 1 Blok F No. 21, Kelurahan Sungai Langkai, Kecamatan Sagulung. Jam operasionalnya mulai pukul 10.00 hingga 20.00. Selain itu, produknya juga tersedia di beberapa cabang SNL Food, seperti di Bengkong, Tanjung Uma, Nongsa, dan Tiban, serta di D’sayur Tanjungpinang dan Geudong Kopi Tiban.
”Biasanya pesanan ramai saat awal hingga pertengahan bulan,” tambah Lilis.
Meski omzetnya belum besar, sekitar Rp5 juta per bulan dari warung, Rp3 juta dari SNL Nongsa, dan Rp2 juta dari SNL Tiban, Lilis tetap bekerja seorang diri tanpa karyawan.
”Dulu sempat punya karyawan waktu di Bidjeh Kopi, tapi karena omzet sedang turun drastis, sekarang sendiri dulu,” katanya.
Ke depan, Lilis berharap usahanya semakin berkembang dan mampu menembus pasar yang lebih besar, seperti memasukkan produknya ke Alfamart di Batam. Namun, saat ini ia masih terkendala dengan dapur produksi.
”Bisa sukses berkembang, punya omzet sehingga saya bisa mengeluarkan zakat Rp50 juta setiap bulan, membuka lapangan kerja, dan bermanfaat untuk banyak orang,” pungkasnya. (***)
Reporter : TIA CAHYA NURANI
Editor : MUHAMMAD NUR