Buka konten ini
Kini, sering kali orang memandang kebahagiaan diukur dari tampilan luar dan apa yang terlihat di media sosial.
Banyak orang yang memiliki kebiasaan mengunggah foto liburan, prestasi yang diperoleh, karir cemerlang, bahkan sampai memamerkan kekayaan yang dimiliki.
Tapi pernahkah anda bertanya, apakah semua yang terlihat indah itu benar-benar menunjukkan rasa bahagia dalam menjalani hidup?
Menurut psikologi, tidak sedikit dari mereka yang suka pamer justru menyimpan rasa insecure terhadap diri sendiri.
Dilansir dari Psychologs, berikut beberapa kepribadian yang berkaitan dengan rasa insecure pada orang yang suka pamer tapi tidak merasa bahagia.
1. Menginginkan validasi sosial
Dalam pandangan sebagian besar masyarakat saat ini, media sosial dianggap penting dalam kehidupan seseorang.
Bahkan, maraknya penggunaan media sosial telah memberikan dampak yang besar pada kehidupan seseorang, termasuk dalam hal pamer.
Tak heran jika sekarang banyak orang yang berlomba-lomba menampakkan kebahagiaannya hingga kekayaannya demi mendapatkan validasi orang lain.
Namun, semakin mereka menginginkan validasi dari orang lain, justru semakin jauh dari rasa bahagia.
2. Takut ketinggalan
Merasa takut ketinggalan atau sering disebut FOMO, kini semakin populer seiring dengan maraknya media sosial. Sikap ini memiliki kecenderungan untuk selalu mengikuti tren terkini sehingga tidak mau terlihat kalah dari orang lain.
Dari sikap inilah kemudian orang mulai suka pamer di media sosial seolah sudah sukses dan bahagia, padahal yang terjadi adalah sebaliknya.
3. Merasa tidak bangga dengan diri sendiri
Setiap orang pernah menghadapi rasa tidak aman dan kekurangan dalam hidup. Namun, sering kali sebagian orang mengatasi masalah ini dengan pamer dan mencari validasi orang lain.
Kebutuhan akan validasi dari orang lain ini biasa dilakukan dengan cara seperti memamerkan harta benda atau prestasi.
4. Terobsesi pada kekayaan
Obsesi seseorang terhadap kekayaan membuatnya selalu bergantung pada harta benda.
Hal ini menciptakan pola pikir bahwa memiliki barang-barang mewah dapat membuat mereka merasa bahagia. Padahal, sikap ini akan membuat seseorang merasa tertekan baik secara mental maupun finansial. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : MUHAMMAD NUR