Buka konten ini
JALUR GAZA (BP) – Gencatan senjata antara kelompok Hamas dan Israel di Jalur Gaza, Palestina, resmi dimulai. Israel memberikan lampu hijau dimulainya gencatan sekitar pukul 11.15 Minggu (19/1) waktu setempat, tertunda tiga jam dari kesepakatan pada pukul 08.30.
Dilansir dari Agence France-Presse (AFP), penundaan itu terjadi karena perintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia menginstruksikan kepada militer Israel (IDF) bahwa gencatan tidak akan dimulai sampai Israel menerima daftar sandera yang akan dibebaskan.
Selama penundaan tersebut, IDF pun melakukan serangan di Gaza. Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan, serangan Israel menewaskan delapan orang.
’’Tiga orang tewas di wilayah utara dan lima orang di Kota Gaza dengan 25 orang terluka,’’ kata Mahmud Bassal, juru bicara pertahanan sipil Gaza.
Di sisi lain, Hamas mengaitkan penundaan itu dengan alasan teknis serta kompleksitas situasi lapangan dan pengeboman yang terus berlanjut. Hamas akhirnya menerbitkan nama tiga wanita Israel sekitar pukul 10.30 yang akan dirilis pada Minggu.
Israel mengonfirmasi telah menerima daftar tersebut. Tak lama kemudian, Israel me-ngumumkan bahwa gencatan senjata akan dimulai pukul 11.15 waktu setempat.
Gambar AFP menunjukkan warga Gaza yang mengungsi kembali ke utara dari daerah sekitar Kota Gaza tempat mereka berlindung. Euforia beberapa orang mengibarkan tanda kemenangan. Namun, ada juga yang merasa rencana mereka untuk pulang digagalkan oleh penundaan itu. ”Saya sedang dalam perjalanan pulang bersama keluarga ketika kami mendengar suara bom,” ujar Mohammed Baraka, 36.
Pertukaran awal adalah pembebasan tiga sandera Israel dari tahanan sebagai ganti kelompok pertama tahanan Palestina. Sebanyak 33 sandera yang ditawan Hamas akan dikembalikan dari Gaza selama gencatan senjata awal selama 42 hari. Berdasar kesepakatan tersebut, ratusan tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara Israel.
Gencatan senjata ini dimaksudkan untuk membuka jalan bagi berakhirnya genosida Israel selama lebih dari 15 bulan. Aksi Zionis itu dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Di Kota Gaza, pada pagi hari kemarin saat kesepakatan itu diberlakukan, orang-orang sudah merayakan dengan melambaikan bendera Palestina di jalan. Namun, saat situasi itu tertunda, kegembiraan tersebut berubah menjadi keputusasaan bagi sebagian orang.
”Saya hampir putus asa,” kata Maha Abed, seorang pengungsi berusia 27 tahun dari Rafah yang telah menunggu sejak fajar agar suaminya menjemput dan membawanya pulang. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG