Buka konten ini
DAMASKUS (BP) – Lebih dari 115.000 warga Syria telah kembali ke negara asal mereka sejak runtuhnya rezim Bashar Assad, demikian menurut Badan Pengungsi PBB (UNHCR) pada Kamis (2/1). UNHCR dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Antara, mereka kembali dari berbagai negara seperti Turki, Yordania, dan Lebanon sejak 8 Desember.
Informasi tersebut berasal dari sejumlah pernyataan resmi dari negara-negara tuan rumah, interaksi dengan layanan imigrasi di Suriah dan pemantauan perbatasan yang dilakukan oleh badan tersebut dan mitra-mitranya.
Bashar Assad, pemimpin Syria selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia setelah kelompok anti-rezim berhasil merebut ibu kota Damaskus pada 8 Desember, sekaligus mengakhiri kekuasaan Partai Baath yang telah memerintah sejak 1963.
Perubahan itu terjadi setelah para pejuang Hayat Tahrir al-Sham dengan cepat merebut kota-kota penting dalam serangan yang berlangsung kurang dari dua pekan.
Kunjungan Pertama Menlu Eropa Sementara itu, Menteri luar negeri Prancis dan Jerman mengunjungi Damaskus, menandai kunjungan pertama menlu Eropa ke Syria sejak jatuhnya rezim Assad, menurut pengumuman Kementerian Luar Negeri Jerman pada Jumat. Kunjungan tersebut juga menandai kunjungan pertama menlu Eropa sejak putusnya hubungan diplomatik antara Uni Eropa dan Syria sekitar 12 tahun lalu.
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, akan melakukan kunjungan ke Damaskus untuk berbicara bersama mitranya dari Prancis, Jean-Noel Barrot.
Berbicara atas nama Uni Eropa, keduanya akan bertemu dengan Ahmed Sharaa, pemimpin pemerintahan baru Suriah, dan perwakilan masyarakat sipil Syria, menurut pernyataan kementerian tersebut.
“Setelah jatuhnya rezim Assad yang brutal, Syria tengah menuju awal baru yang telah lama dinantikan rakyatnya,” menurut pernyataan itu.
“Dengan kunjungan mereka ke Damaskus, Menteri Luar Negeri Baerbock dan mitranya dari Prancis, Barrot, menegaskan atas nama Uni Eropa: Bahwa kami siap mendukung Syria memulai kembali politiknya dan pengalihan kekuasaan secara damai, rekonstruksi, dan yang terpenting, dalam proses rekonsiliasi sosial,” menurut pernyataan lebih lanjut.
Berbicara sebelum kunjuÂngannya, Baerbock meÂnamÂbahÂkan: “Babak menyakitkan dari kekuasaan Assad telah berakhir. Babak baru telah dimulai, tetapi belum ditulis. Karena saat ini rakyat Syria memiliki kesempatan untuk kembali menentukan nasib negara mereka sendiri. Dan juga untuk kembali menutup luka yang dalam dan meÂnganga.”
“Kami ingin mendukung mereka dalam hal ini: dalam pengalihan kekuasaan yang inklusif dan damai, dalam rekonsiliasi masyarakat, dalam rekonstruksi, di samping bantuan kemanusiaan yang telah kami berikan kepada rakyat Suriah tanpa henti selama bertahun-tahun. Kita semua tahu bahwa ini akan menjadi jalan yang terjal,” katanya.
Sementara itu, Barrot juga berkata di X, “Di Syria, kami ingin mendorong transisi yang damai dan mendesak dalam rangka melayani rakyat Syria dan demi stabilitas regional.” (*)
Reporter : JP Group
Editor : andriani susilawati